Skip to main content

[FF] Faules _Faul-Lesti_ "Engkaulah Jodohku" Episdoe 17

“Iya sama aja kayak suka sama temen dan sahabat. Sayang kayak dedek sama ka Aul.”

Faul urung mendekati mereka dan menjauh. Bukan sengaja ia mendengarkan percakapan itu. Faul baru saja keluar kelas dari kuliah dan merasa haus. Karena itu ia memutuskan untuk mencari minuman di kantin kampus dan melihat Lesti dan Aulia sedang mengobrol. Jadi tadinya Faul akan menghampiri mereka.

Tak bisa dipungkiri Faul merasa kecewa mendengar pernyataan itu. Walau Faul sudah tahu sedari awal jika memang tidak ada dirinya di hati Lesti tapi mendengar langsung ternyata meninggalkan perih yang seharusnya mampu ia tahan.

Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri sejak melihat Lesti menangis dan terluka. Ia tak akan menjadi orang yang serakah dan menginginkan Lesti. Ia hanya akan berada di samping Lesti dan berusaha memberikan dukungan dan kebahagiaan sebagai sahabat tidak lebih. Tapi siapa yang bisa mengontrol hatinya. Ia bahkan tak mampu menahan kecenderungan hatinya yang menyayangi dan mencintai Lesti. Lebih dari sekedar sahabat.

Faul mencoba menenangkan hatinya yang sakit dan kembali normal. Ia tersenyum. Senyum tulus 
untuk menenangkan dirinya sendiri.

@            @            @

Aulia tampak kecewa dengan jawaban Lesti.

“Beneran ngga suka sama Ka Faul?”

“Kan udah dedek jawab, iya dedek suka sama Ka Faul. Kita kan sahabat, temen deket.”

“Bukan suka yang itu. Maksud aku suka ke lawan jenis.”

Lesti tampak tertegun mendengar kata-kata Aulia.

“Dek, udah hampir 4 bulan kan kamu putus sama Ryan. Kalo kamu sadar berapa banyak ‘warga’ kampus ini yang berbaris antri biar gantiin posisi Ryan di hati kamu. Belum teman seagensi artis dan rekan artis yang lain. Kamu ngga berminat mencari pengganti?”

“Dedek ngga mau lagi merasakan perasaan yang sama Ka.”

“Kalau trauma itu harus diobati dengan cinta yang lain.”

“Dedek ngga trauma ka, cuman ingin lebih berhati-hati aja. Rasanya seperti sekarang ini juga dedek bahagia kok.”

“Kalo Ka Faul suka sama kamu?”

“Hush . . . apaan sih Ka Aulia ini aneh-aneh aja. Ka Faul memang dasarnya baik dia baik sama semua orang terutama perempuan. Ngga mungkin dia suka sama dedek. Dedek juga tahu kalau Ka Faul dari keluarga berada. Ayahnya Gubernur Aceh kan? Dedek pernah ke acara saudara Ka Faul. Mewah banget yang hadir orang berada semua. Ga mungkin lah Faul suka sama orang biasa kayak dedek.”

“Memang kamu orang biasa?” tanya Aul tak setuju. “Kamu tuh artis dek, penyanyi terkenal. Penghargaan kamu banyak. Setiap single yang keluar selalu booming. Yang lebih penting kamu itu ikon penyanyi dangdut muda. Banyak di luar sana yang membuat kamu sebagai role model mereka. Terus kamu bilang orang biasa? Wah becanda kamu dek!”

“Penyanyi itu dibayar Ka. Ibarat Ka Faul dan keluarga itu boss kalo dedek cuman pegawai.”

“Udah-udah aku lagi ngga mau bahas itu. Selama kamu deket sama Ka Faul kamu memang ngga merasa gimana gitu?”

“Biasa aja sih.”

“Kalo Ka Faul ngga ngabarin atau chat jadi nungguin gitu ngga? Was was penasaran kabarnya?”

“Tiap hari kita chat karena kan ngurusin label musik.”

“Kalo hati kamu bergetar karena Ka Faul, pernah?”

Lesti diam, awalnya dia menanggapi pertanyaan Aulia dengan setengah becanda karena memang obrolan mereka selalu seperti itu. Namun, ketika mendengar kata hati bergetar. Lesti merasa sulit mengungkapkan jawabannya.

“Pernah ya?” selidik Aulia.

“Kepo.” Balas Lesti.

“Dek, kamu dengerin aku ya. Kadang kamu merasa kamu tidak menyukai seseorang karena orang itu memang ada dan selalu ada untuk kamu. Tapi kalau kamu sudah kehilangan kamu akan merasa begitu penting peranannya dalam hidup kamu.”

“Ih, Ka Aulia kok jadi serius banget.”

“Aku ingetin kamu dek. Mungkin kamu merasa tidak ada rasa suka sama Ka Faul karena kamu sudah biasa bertemu sama dia. Sudah nyaman dengan keadaan sekarang. Bagaimana jika ada orang ketiga diantara kalian.”

Kini Lesti tidak membalas perkataan Aulia. Bohong bila bilang hati Lesti tidak pernah bergetar karena perlakuan Faul. Faul sangat sopan untuk seorang pria. Ia sangat memperdulikan dirinya dan Lesti selalu merasa menjadi wanita yang berharga jika berada di dekat Faul. Bukan tanpa alasan tapi Faul memang memeperlakukan Lesti seperti sesuatu yang sangat mahal. Faul sangat menjaga seorang wanita. Jika berbicara ia menjaga jarak dan ia menjaga pandangannya juga tetap tunduk dan hanya sesekali menatap wajah Lesti. Jika bercanda Faul tak pernah menyentuh atau memukul dirinya. Dan yang lebih penting lagi sampai saat ini rasanya Faul tidak pernah bersentuhan dengannya. Jika terpaksa Faul selalu menawarkan lengan daripada tangan. Lengan yang selalu terbungkus kameja atau kaos panjang Faul.

“Kamu harus mau buka hati sama pria lain, dek. Ga semua cowok itu jahat dan tukang selingkuh. Kalo kamu ada sedikit saja ketertarikan sama Ka Faul. Aku ngga keberatan lho jadi Mak Comblang. Lagian aku sama A Nassar juga udah sahabatan sekarang. Kita mau yang terbaik untuk sahabat-sahabat kita.”

“Ka Aulia sama Ka Nassar udah jadian?”

“Belum tapi Aku suka sama A Nassar, kalo dia nembak, aku mau kok terima. Sekarang pertanyaannya kalo Ka Faul nembak kamu. Kamu mau nerima dia?”
Dan pertanyaan Aulia sukses membuat Lesti benar-benar terdiam.

@            @            @           

Lesti kuliah di lantai tiga. Setelah kuliah dia ada jadwal meeting dengan Kedjora Musik. Lesti buru-buru begitu kelas selesai.

“Dek bisa minta waktu sebentar?” Ryan menunggu Lesti keluar dari ruangan kuliahnya.

“A Ryan? Maaf A. Dedek buru-buru mau ada pertemuan penting.”

“Dek!” Ryan memegang pergelangan tangan Lesti. Lesti sedikit risih dan buru-buru melepaskan pergelangan tangannya dari cengkraman Ryan.

“A. dedek sudah maafkan Aa. Kita sudah sepakatkan? buat jalan masing-masing.”

“Ada yang harus aku jelaskan.”

“Maaf A, dedek buru-buru.” Lesti pamit dan segera meninggalkan Ryan.

Lesti melihat jam di tangannya karena berbincang sebentar dengan Ryan. Lesti sudah menghabiskan 5 menit waktu berharganya. Lesti melihat antrian lift dan tampaknya mahasiswa yang keluar serentak membuat pintu lift juga penuh dengan mahasiswa yang menunggu.

Lesti memilih memakai tangga, saking terburu-burunya. Lesti hilang keseimbangan dia berpijak di tangga yang salah. Dia jatuh. Beruntung Lesti hanya jatuh tepat di pantatnya. Ia tidak merasakan sakit di badannya kecuali . . .

“AWWW . . .” Lesti kesulitan berdiri. Dia merasakan angkle nya sangat sakit. Sepertinya terkilir.
Suasana sepi karena memang mahasiswa lebih memilih menggunakan lift dibanding tangga. Lesti menelepon Aulia untuk meminta bantuan.

Aulia berhasil mengangkat telepon Lesti dengan alasan ke toilet. Aulia memiliki jadwal kuliah berbeda hari itu dengan Lesti. Aulia bingung harus bagaimana ia lalu memutuskan menelepon Faul.
Faul berlari begitu mengetahui Lesti butuh bantuan. Faul berada di lantai 3 gedung yang bersebarangan setelah menyelesaikan kelasnya. Dia belari menuju gedung ilmu komunikasi tempat Lesti berada. Faul bahkan tidak melirik Lift karena tahu di jam seperti ini adalah jadwal mahasiswa sedang yang mengantri untuk menaiknya.

Kemeja merah Faul basah karena keringat hasil dari lari cepat yang ia lakukan. Ia bahkan lupa membawa perlengkapan kuliah di meja dan hanya menyambar tas dari ruangan perkuliahannya. Susah payah dan nafas terengah-engah Faul berhasil melihat Lesti terduduk di badan tangga.

“Dedek!” dua suara terdengar berbarengan.

Lesti melihat Faul di lantai bawah dan Ryan dilantai atas. Mereka memandang Lesti dengan penuh 
kekhawatiran.


bersambung 



Review dan Sinopsis yang mimin tulis murni dari mimin pribadi
Setiap orang berhak untuk setuju atau tidak setuju dengan pendapat mimin
Karena suka atau tidak suka dengan suatu FILM/DRAMA tergantung selera masing-masing
Dan pendapat mimin sama sekali tidak menjadi generalisasi bahwa pendapat orang lain pun sama
Mohon menghormati pendapat mimin, dan mohon berkomentar dengan sopan ya..
Terimakasih.. ^^

Comments

Popular posts from this blog

[Bahas Ending] K-Film "Memoir of A Murderer"

Suka sama akting nam gil

Sinopsis Pained

Setelah lama tidak melihat Kwon Sang Woo

[CURHAT] Kekecewaan mimin sama Drama Korea "Born Again"

PERHATIAN . . .