Skip to main content

[FF] Faules _Faul-Lesti_ "Engkaulah Jodohku" Episode 19

Dari semua orang kenapa dia harus ketemu orang itu lagi. Aulia mendengus kesal tapi tak ingin berbalik arah karena itu membuktikan dia menghindar.

“Eh Aulia, masih
jalan sama Om yang kemarin itu?” ejeknya sambil tangannya tak lepas memegang bahu wanita di sampingnya yang memakai pakaian terbuka.

“A Nassar bukan om om ya!” hardik Aulia protes.

“Cie, yang belain pacarnya.. aku duluan ya.” Chaka meninggalkan Aulia dan berjalan di arah sebaliknya.

Nassar datang tak lama kemudian.

“Kamu nunggu lama Aulia?”

Dan Aulia hanya menangis ketika Nassar datang.

“Kamu kenapa?”

Aulia masih sibuk dengan tangisannya. Nassar lalu mendudukkan Aulia di sebuah bangku jalan dan menepuk-nepuk bahu wanita itu pelan.

Aulia cerita setelah tangisnya mereda. Ia sangat kesal dengan perlakuan Chaka. Aulia tidak habis pikir, pria seperti dia pernah ada di hatinya.

Nassar menunduk kecewa, “Kenapa kamu sakit setiap mantan kamu ngatain kamu?” tanya Nassar.

“Dia ngejek A, Aulia ga suka!”

“Jangan-jangan kamu cemburu karena dia sudah dapat pacar baru?”

“Kok Aa ngomongnya gitu?”

“Jika kamu masih terganggu sama dia bisa jadi artinya kamu masih mengharapkan dia.”

“Aulia nangis bukan karena itu A. Aulia ngga sama sekali mengharapkan dia kembali. Aulia kesal karena dia menghina Aa. Dia selalu membandingkan aa sama dia.” Nada suara Aulia meninggi karena emosi.

“Bukan karena kamu ingin berada di posisi wanita di sisinya.”

“Aulia ga akan mungkin kembali lagi sama dia. Walau dia datang dengan bersimpuh sekalipun. Lagian aa kenapa sih jadi emosian nuduh Aulia yang ngga-ngga.”

“Karena, aku suka kamu Aulia”

Aulia membelalakkan mata, terdiam.

@            @            @

“Gimana keadaan Ka Faul, tante?”

“Ga usah khawatir dek, kayaknya Faul cuman kecapean aja.” Tante Risa memgang bahu Lesti mencoba menenangkan, karena Lesti terlihat begitu panik.

Seorang suster memberikan hasil lab dari cek darah Faul. Tante Risa membaca sekilas lalu memintanya menyerahkan pada dokter yang bertanggung jawab di IGD.

“Tante hasilnya gimana?”

“Kalo dilihat sekilas sepertinya kena gejala tifus. Nanti kita tunggu observasi yang lain ya.”

“Ini gara-gara dedek, tante. Kalau aja tadi dedek ga minta dianterin Ka Faul. Pasti Ka Faul bisa istirahat.”

“Ga gitu sayang, lebih bahaya lagi kalo Faul pingsan sendirian di rumahnya ga ada yang tahu. Kamu sudah menolong dia dengan berada di sisinya.”

“Kenapa Ka Faul baik banget sama dedek, tante.” Lesti mulai terisak. Air matanya jatuh perlahan.
Tante Risa memeluk Lesti dan mengusap-ngusap kepala Lesti, “Karena dia peduli pada kamu lebih dari memperdulikan kesehatannya.”

“Kenapa gitu? Kesehatan Ka Faul kan paling penting.”

“Karena dia . . .” Tante Risa sadar jika dia sudah hampir mengungkapkan apa yang seharusnya tak terucap. “Doain aja ya dek, semoga Faulnya cepat sehat.”

Lesti mengangguk.

@            @            @

Lesti berkali-kali mengecek layar ponselnya tapi tidak ada notifikasi apapun. Padahal ponsel kedua dan ketiga untuk kerja dan kuliahnya tak henti membunyikan notifikasi tanda pesan masuk.

Lesti mulai membaca buku dihadapannya, namun baru saja satu halaman Lesti sudah terganggu dengan ponselnya. Ponselnya tidak rusak dan ia menyalakan vibrate saat pesan masuk tapi ntah kenapa Lesti menyalakan layar ponselnya lagi dan lagi karena takut ada pesan masuk dan ia tidak merasakan getaran notofikasi. Nihil tetap tidak ada pesan yang masuk.

Lesti menyerah, ia lalu mulai beralih pada ponsel kerjanya dan membalas beberapa pesan dari manajer dan asisten juga beberapa kolega nya di dunia entertainment.

Apa yang sebenarnya ia tunggu? Lesti tahu betul ia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tidak pernah ia menunggu pesan dari seseorang seperti hari ini, ia begitu berharap mendapat pesan dari pria itu. Pria yang biasanya selalu ada dihari-hari Lesti, Faul.

Kata-kata Aulia tiba-tiba bermain dalam kepala Lesti.

“Kadang kamu merasa kamu tidak menyukai seseorang karena memang orang itu selalu ada untuk kamu. Tapi kalau kamu sudah kehilangan dia, kamu akan merasa begitu penting peranan dia dalam hidup kamu.”

DEG . . . Lesti tiba-tiba merasa tersadarkan oleh kata-kata Aulia yang diingatnya. Kata-kata yang tak pernah diindahkannya. Lesti berpikir tidak mungkin ia bisa menaruh rasa suka pada Faul. Suka seorang wanita pada pria.

Lesti kembali menggenggam ponsel pribadinya, membuka halaman chat Faul dan mengetik sesuatu. 
Ia menanyakan bagaimana keadaan Faul. Hanya ada ceklis satu. Itu artinya Faul mematikan ponselnya. Lesti lalu mencari nama tante Risa dan segera meneleponnya untuk menanyakan kabar Faul.
….
Lesti berjalan keparkiran mobil dengan sedikit malas. Padahal hari ini adalah hari kosong karena tidak ada jadwal. Lesti menerima ajakan Aulia untuk pergi menonton Bioskop di hari bebasnya.
Sebuah sedan putih parkir tepat di samping Lesti. Lesti terkejut sekaligus bahagia karena ia kenal dengan mobil itu. Namun ia harus kecewa karena yang keluar dari mobil itu bukan seseorang yang ditunggunya. Lesti baru sadar jika tipe mobil dan merknya berbeda apalagi plat nomer nya. Lesti merasa sudah mulai berhalusinasi sekarang.

“Kenapa sih dek? Kenal?” tanya Aulia yang sedari tadi memang berada di samping Lesti.

“Apa Ka?” Lesti hilang fokus.

“Kamu liatin mobil itu daritadi. Kamu kenal sama orangnya?”

“Ngga Ka, dedek lagi ngelamun aja.”

“Mikirin apa sih dek? Padahal hari ini hari bahagia karena kita bisa jalan bareng. Tumben banget kamu punya waktu bebas di akhir perkan kayak gini.”

“Iya dedek seneng kok Ka.”

“Kamu sakit ya? Atau jangan-jangan kaki kamu masih sakit?” selidik Aulia.

“Ngga Ka. Udah ngga sakit kok. Dedek ngga apa-apa. Masuk mobil aja yuk.”

Aulia akhirnya tak membalas dan segera masuk ke dalam mobil lesti.

@            @            @

“Faul, hape kamu mana?” tanya tante Risa saat mampir ke ruang rawat Faul begitu jadwal prakterknya selesai.

“Ada tante.” Faul menggapai ponselnya di atas Nakas ranjangnya.

“Buka coba.”

Faul lalu menuruti perkataan tantenya dan menyakalan ponselnya tapi tidak mau hidup. “Mati ternyata, tant. Faul lupa belum charge.”

“Pantesan aja.”

“Kenapa memangnya tante?”

“Tadi dedek Lesti telepon tante, nanyain keadaan kamu. Ya mungkin karena dia ga bisa ngehubungin 
kamu.”

“Dedek telepon tante?”

“Iya, kenapa? Ngga percaya ya?”

“Mungkin dia khawatir karena Faul pingsan di depan dia.”

“Lagian kamu ada-ada aja. Kalo sakit dan merasa pusing kenapa maksain nyetir. Bahaya lho, bisa ambil nyawa orang.”

“Faul bisa tante. Faul paling tahu badan Faul sendiri.”

“Dasar keras kepala.”

Faul garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Udah ada progress hubungan kamu sama Lesti?”

“Maksud tante?”

“Tante ga bisa dibohongin, Ul. Jelas banget cara kamu memandang Lesti itu cinta. Tante awalnya malah ngira kalian memang udah pacaran.”

Faul diam.

“Tante mau denger dari mulut kamu sendiri. Kamu suka kan sama Lesti?”

Faul memandang tantenya, tante Risa balik menatap Faul menunggu jawaban.



bersambung . . .
ada alasan kenapa mimin lama update-nya. Maaf ya buat yang nunggu . . .
Review dan Sinopsis yang mimin tulis murni dari mimin pribadi
Setiap orang berhak untuk setuju atau tidak setuju dengan pendapat mimin
Karena suka atau tidak suka dengan suatu FILM/DRAMA tergantung selera masing-masing
Dan pendapat mimin sama sekali tidak menjadi generalisasi bahwa pendapat orang lain pun sama
Mohon menghormati pendapat mimin, dan mohon berkomentar dengan sopan ya..
Terimakasih.. ^^

Comments

Popular posts from this blog

[Bahas Ending] K-Film "Memoir of A Murderer"

Suka sama akting nam gil

Sinopsis Pained

Setelah lama tidak melihat Kwon Sang Woo

[CURHAT] Kekecewaan mimin sama Drama Korea "Born Again"

PERHATIAN . . .