Skip to main content

[FF] Faules -Faul-Lesty- "Engkaulah jodohku" Episode satu

FF ini adalah
copas dari FF mimin di Wattpad. Akunnya punya mimin sendiri yaa..
Rencananya mimin akan melanjutkan FF di sini sebelum di UP di WP.

Selamat membaca!!

Episode 1
Didoakan Berjodoh, 9 Potret Kedekatan Faul LIDA dengan Lesti Andryani

Lesti memandangi Ryan yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya. "Lagi apa sih a? Kok sibuk banget?" tanyanya mencoba mendapat perhatian.
"Ha? Apa?" Ryan melirik Lesti sebentar lalu kembali sibuk memandangi ponselnya.
"Ih apaan sih?" Lesti menyambar ponsel Ryan bermaksud mendapat perhatian sepenuhnya tapi Ryan sigap menguatkan genggamanya.
"Kenapa sih?" Ryan mendelik kesal dan segera memasukkan ponsel ke saku celananya.
Lesti sedikit heran dengan reaksi Ryan, padahal bukan ini yang ia harapkan. Ia kira Ryan akan tersenyum dan balas menggodanya karena memang Lesti tidak ada niatan serius dan hanya bercanda.
"A marah ya? Dedek cuman nanya aja, aa lagi sibuk apa?"
"Sibuk kerjaan. Kamu kan tahu Aa lagi merintis perusahaan music sendiri." Jawab Ryan ketus sambil menyeruput jus dihadapannya.
"Maafin a, jangan marah. Kita kan jarang banget ketemu. Tapi pas ketemu kayak gini aa tetep sibuk sama ponsel."
"Untuk masa depan, dek. Tolong hormatin kerjaan aku."
"Iya Maaf." Jawab Lesti dengan menunjukkan wajah penyesalan.
"Yaudah aku kebelakang dulu." Ryan lalu meletakkan ponselnya dan segera berlalu dari pandangan Lesti.
Lesti terdiam dan mencoba sibuk dengan ponsel pribadi nya ketika perhatiannya mulai tertuju pada ponsel yang bergetar. Ponsel Ryan. Tanpa merasa curiga Lesti segera mengambil ponsel itu dan Lesti merasa terkejut karena dia melihat nama yang tidak biasa. 'My ' beserta tanda hati. 'Apa maksudnya ini?'
Ryan keluar dari kamar mandi dan setengah berlari menyambar ponselnya yang kini berada di tangan Lesti. Dengan tergesa-gesa ia memasukkan ponselnya setelah mencoba me-reject panggilan yang masuk.
"Apa maksudnya itu?" Tanya Lesti dengan suara bergetar.
"Apa?"
"Dedek lihat siapa yang nelepon, siapa kamu?"
"Dia artis yang mau aku orbitkan."
"Kenapa namanya My Love?" kata Lesti lagi dengan suara yang masih bergetar.
"Karena itu judul lagunya." Kilah Ryan dengan nada tanpa merasa bersalah.
Lesti segera berdiri dari posisinya dan hendak pergi ketika tangan Ryan menahanya, "dengarkan aku jangan egois." Pintanya.
"Aku harus tenang untuk bisa mencerna semua ini." Ujar Lesti dengan suara sangat lirih karena air matanya sudah tak bisa ia tahan lagi. Ia berbalik dan ingin segera keluar dari tempat itu. Lesti segera membuka pintu café dan tanpa sengaja menabrak seorang pria.
"Oh maaf!" ujar pria yang seharusnya menerima maaf bukan mengucap maaf.
Lesti hanya mengangguk, dan menunduk karena air matanya kini sudah mengalir deras. Lesti lalu menjauh dari sana.
@ @ @
Faul melirik jam tangannya berkali-kali. 'Katanya mau ketemu depan café. Kok dia belum dateng juga?' Keringat mulai mengucur di dahinya. Faul akan bertemu dengan temannya untuk membahas bisnis tentang sanggar yang akan ia buat. Faul berjanji bertemu di sebuah restoran tak jauh di sana tapi temannya meminta Faul menunggu di café sebentar karena katanya ia ingin nebeng mobil Faul dan dia sedang ada di dekat sana.
Peluh mulai mengganggu. Faul akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam café untuk menyelamatkan dirinya dari sengatan matahari yang begitu terik. Baru saja ia akan menyentuh pintu café seorang wanita mendorong pintu dengan keras dan menabrak dirinya. Faul segera meminta maaf walau bukan dia yang salah.
"Maaf."
Wanita itu hanya mengangguk dan berlalu. Faul bisa melihat ada air mata yang mengalir di pipinya. Faul hendak mengejar namun ia tak ingin mencampuri masalah orang lain.
Faul masuk dan mengambil tempat yang cukup sepi. Ia mengingat-ingat wajah wanita yang menabraknya tadi. Kenapa rasanya begitu familiar. Sambil mengirimkan pesannya pada teman yang tidak juga hadir, mata Faul tertuju pada seorang pria yang duduk sendiri, namun ada dua jus yang ada di mejanya. Pria itu sibuk melihat ponselnya sambil tersenyum. Faul sempat curiga jika pria itu adalah teman wanita tadi tapi ia kembali berusaha untuk tak memperdulikannya.
Nassar datang dengan senyuman di wajahnya, ia meminta maaf karena membuat Faul menunggu lama.
"Iya ga papa, Ka, tapi meeting nya di sini aja ya. Nanti kalo belum selesai setelah dzuhur baru kita nyari resto untuk makan. "
"Sip!" Nassar lalu sibuk mengeluarkan proposal bisnisnya dan mengeluarkan laptop merk ternama dari tas punggung.
@ @ @
"Dengerin dulu jangan selalu menghindar!" Ryan menarik lengan Lesti.
"Berikan aku waktu." Ujar Lesti walau wajahnya tak mau memandangi Ryan.
"Kita harus menyelesaikan ini. Ini salah paham."
Lesti tetap enggan mengikuti kemauan Ryan.
"Please! Jangan selalu egois. Kamu yang selalu menerjemahkannya sendiri apa yang kamu lihat."
"Aku lihat langsung."
"Itu Mila artis yang mau aku orbitkan."
"Kenapa kamu nyimpen namanya begitu di ponsel?"
"Itu . . . dia yang jahil nge-save namanya."
"Kenapa penjelasan kamu beda sama yang kemarin?"
Ryan diam. Lesti memilih pergi.
"Lesti!" Ryan bergerak hendak berlari dan tangan seseorang menahan bahunya,
"Santai Bro! biarkan dia tenang dulu." Ujar sebuah suara.
"Apaan sih jangan urusin urusan orang lain!" balas Ryan berusaha menepis tangan itu.
"Berikan dia waktu untuk sendiri."
Ryan menjadi diam saat tahu siapa yang memegang bahunya. "Faul", senior pria yang begitu terkenal di kampus mereka. Apalagi selain dia tampan, kalem, sopan, dan kaya,
"Iya Ka." Jawabnya pelan karena kaget.
@ @ @
Langit sudah gelap. Faul baru saja menyelesaikan jadwal kuliah malamnya. Ia memutuskan untuk segera pulang karena masih ada urusan bisnis yang menunggunya di rumah. Ia melaju perlahan dari parkiran tak berapa lama keluar dari gerbang kampus dia melihat seorang wanita berhijab terlihat sedang kebingungan dengam mobil hitam yang berasap.
"Kenapa?" Faul menghentikan mobilnya dan mundur.
Mahasiswi itu tampak kaget karena ada sebuah suara yang tidak dikenal menyapanya. Ia sedikit was-was karena takut di dekati orang jahat.
"Ngga tau ka. Tiba-tiba berhenti mobilnya."
"Udah panggil bantuan?" Tanya Faul.
"Ponsel saya mati, ka."
"Tunggu bentar." Faul memarkirkan sedan putihnya tepat di depan mobil hitam mahasiswi itu. Ia lalu menghampiri mahasiswi tadi.
Mahasiswi itu sedikit menunjukkan rasa takut dengan Bahasa tubuhnya.
"Jangan takut, aku Faul, aku mahasiswa S2 di kampus itu." Tunjuknya pada bangunan kampus yang masih terlihat jelas.
Mahasiswi itu terdiam.
Faul lalu mengeluarkan dompet dan mengeluarkan kartu mahasiswanya. "Ini." Faul menyodorkan kartu identitas.
"Siswi sana juga?" Tanya Faul mencoba mencairkan suasana agak canggung setelah dicurigai.
"Iya Ka."
Faul lalu menggunakan sarung tangan tukang dan membuka kap mobil yang lagsung mengeluarkan asap. "Mundur sedikit takut bahaya." Faul lalu maju dan membuat mahasiswi itu berada di balik punggungnya.
"Aku lihat sebentar ya." Faul lalu sibuk mengotak ngatik mesin mobil.
"Kamu pulang ke daerah mana? Kayaknya harus panggil professional. Mau di derek aja? Nanti aku anterin kamu pulang." Faul menyeka keringat dengan punggung tangannya namun wajahnya tak luput dari oli yang menempel.
Siswi itu sigap mengeluarkan tisu dari tasnya dan menyeka noda oli dari wajah Faul.
'Deg' Ada rasa tak biasa di dada Faul.
"Saya boleh pinjem ponsel Ka Faul?"
Faul lalu menyerahkan ponselnya. "Nama kamu siapa?" Tanya Faul sambil tak melepaskan pandangannya dari wanita itu.
"Lesti." Jawabnya dengan senyuman.
bersambung . . . .

Review dan Sinopsis yang mimin tulis murni dari mimin pribadi
Setiap orang berhak untuk setuju atau tidak setuju dengan pendapat mimin
Karena suka atau tidak suka dengan suatu FILM/DRAMA tergantung selera masing-masing
Dan pendapat mimin sama sekali tidak menjadi generalisasi bahwa pendapat orang lain pun sama
Mohon menghormati pendapat mimin, dan mohon berkomentar dengan sopan ya..
Terimakasih.. ^^

Comments

Popular posts from this blog

[Bahas Ending] K-Film "Memoir of A Murderer"

Suka sama akting nam gil

Sinopsis Pained

Setelah lama tidak melihat Kwon Sang Woo

[RECAP] Legend of Yun Xi ep 39 - 48END (+ dua episode tambahan)

SPOILER!!! Di episode-episode akhir ini, Min Xiang a