"Oh Lesti, kok
sepertinya nama yang familiar ya?" Tanya Faul.
Lesti hanya tersenyum simpul. Ia lalu sibuk menekan nomer telepon yang ia hapal, nomer orangtuanya. Namun tidak ada jawaban, ia lalu ingat jika orangtuanya sedang tidak di Jakarta.
"Aku anter kamu pulang aja gmn? Aku panggil mobil derek buat angkut mobil kamu ke bengkel."
Lesti tampak berpikir sejenak, dia bisa saja menolak tapi harus pulang dengan apa dari sini. Sedangkan menuju jalan ramai untuk menunggu taksi masih cukup jauh, untuk naik taksi online tapi ponselnya mati.
"Gimana bisa hubungin orang rumah?".
Tak ada lagi yang bisa Lesti hubungi karena ia ingat Ayah dan Ibunya sedang pergi ke kampong halaman begitupun kakak laki-lakinya. Lesti sempat berpikir nama Ryan tapi dirinya sedang tak ingin bertemu dengannya.
"Kalo dianterin merepotkan ngga?" Tanya Lesti akhirnya sedikit ragu.
"Ngga kok, gak apa-apa." Jawab Faul walau sebenarnya banyak pekerjaan menunggu di rumah.
"Kalo gitu maaf merepotkan."
Faul tersenyum, ia lalu menelepon seseorang tukang bengkel kenalannya. "Nah aman, sekrang tinggalin aja mobilnya, Bengkel langgananku nanti datang."
"Terimakasih."
"Dimana rumahnya?"
Lesti lalu menyebutkan alamat rumahnya. Faul tampak mengangguk-angguk karena tahu daerah mana yang dimaksud.
Faul lalu mengajak Lesti masuk mobilnya, ia membuka pintu penumpang untuk Lesti. Lesti sempat kaget karena biasanya ia duduk di samping pengemudi ketika berkendara dengan teman bukan sopir.
"Ini ga papa? Rasanya agak sedikit kurang sopan. Biar aku duduk di samping ka Faul aja"
Faul menggeleng, "Jangan, biar kamu lebih nyaman. Agak bahaya kan kalo cowok cewek deket gitu." Faul hanya tesenyum.
Lesti akhirnya masuk ke mobil Faul dan duduk dengan nyaman di kursi penumpang.
"Oh iya boleh minta kotaknya? Nanti kalo mobilnya udah beres, temen aku yang bakal hubungin."
Lesti menyambut uluran ponsel Faul dan mengetikkan no. Hp pribadinya. Entah karena pikirannya sedang kalut Lesti tidak sadar benar-benar memasukkan nomer pribadinya. Bukan nomer ponsel untuk dikampus. Karena Lesti adalah seorang penyanyi yang cukup terkenal biasanya ia tidak sembarangan memberikan nomer HP pribadinya, ia memiliki beberapa nomer yang dipegang manager.
Faul lalu menulis pesan whatsapaa. "Aku udah kirim nomer aku ya, nanti kalo ada apa-apa terkait mobil yang di servis hubungin aku aja."
"Makasih ka."
"Iya santai aja."
Faul lalu mengantarkan Lesti sampai rumahnya dan langsung tancap gas menuju rumahnya sendiri yang cukup jauh, dia harus melanjutkan beberapa agenda bisnis yang sempat tertahan tadi.
@ @ @
Hari masih pagi ketika bel pintu rumah Lesti terdengar. Lesti langsung menyambar jilbab instannya dan segera turun untuk melihat siapa tamu yang datang di pagi hari.
Lesti membuka pintu dan melihat wajah Ryan ada di sana.
"Boleh aku masuk?" tanyanya.
Lesti mengangguk.
Ryan lalu duduk di sofa ruang tamu dan Lesti pergi ke dapur untuk menyuguhkan minuman.
"Duduk." Pinta Ryan.
Lesti menuruti setelah ia menyodorkan the hangat yang baru saja ia buat.
"Aku mau kesalahpahaman ini kita selesaikan."
"A ngga harus ngomong apa-apa, dedek hanya minta waktu untuk memahami Aa." Ujar Lesti menanggapi.
Ryan lalu menelepon seseorang, "Hallo, coba kamu jelasin." Ryan meminta Lesti mengangkat telepon yang baru saja tersambung.
'Hallo, Ka Lesti? Ini aku Mila.'
"Oh iya, halo." Lesti masih berusaha ramah.
'Ka Lesti, aku ngga ada apa-apa sama Ka Ryan. Kita cuman kerja bareng. Rencananya ada single duet kita buat sekalian orbitin aku di labelnya ka Ryan.'
"Iya." Lesti tak banyak menanggapi.
'Mengenai masalah nama aku di hp ka Ryan itu cuman becandaan Ka, aku kok yang ganti nama aku di Hp Ka Ryan. Kaka percaya ya sama Ka Ryan. Ka Ryan orang yang sangat mencintai kaka. Dia ga mungkin mengkhianati Kaka.'
Lesti hanya menanggapi dengan kata 'ya' dan 'oke'. Pembicaraan mereka pun terputus.
"Sekarang kamu percaya kan sama aku?" Tanya Ryan.
Lesti menunduk cukup lama dan akhirnya mengangguk.
"Nah gitu dong. Kamu harus ngerti kerjaan aku dek. Sejak aku mulai merintis bikin label music sendiri mungkin kedepannya bakal banyak lagi penyanyi wanita yang bakal banyak berhubungan sama aku."
Lesti mengangguk kembali dan tersenyum. (Auto nyanyi lagu tirani, hehe)
Ryan mebalas senyuman Lesti.
"A udah makan?"
Ryan menggeleng. Aku langsung kesini tadi.
"Yaudah dedek masak sesuatu ya."
"Makasih."
Lesti kembali ke dapur dan memasakkan omelete telur kesukaan Ryan. Lesti memasak dengan senyuman karena hatinya sudah lumayan lega setelah mendengar penjelasan Ryan. Mungkin benar dia terlalu curiga dengan Ryan. Selagi Lesti sibuk di dapur, Ryan tak tergerak untuk membantu. Ia kembali sibuk dengan ponselnya sambil sesekali tersenyum.
Lesti datang dengan makanan di tangannya, senyumnya seketika hilang karena melihat Ryan yang begitu antusias dengan Hp dan tak melirik sama sekali.
"A makanannya."
"Iya bentar, ini lagi ngobrolin bisnis."
Mereka berada di ruangan yang sama, namun hanya sepi yang hadir diantara mereka.
"A kenapa senyum-senyum? Ada berita bahagia?"
Ryan melirik Lesti, "Kenapa? Curiga lagi?"
"Bukan A, cuman Aa seperti tidak mau baikan sama dedek."
"Maksudnya apa?"
"Dedek ga melihat Aa mencoba merubah sifat Aa belakangan ini."
"Maksudnya apa? Kamu butuh perjelasan apa? Aa udah bilang Aa sibuk urusin Label yang Aa rintis. Kok kamu ga mau ngerti sih!"
"A, bukan hanya Dedek yang harusnya berubah untuk mengerti Aa. Tapi setidaknya a juga berusaha untuk tidak membuat dedek curiga dan mulai merhatiin dedek setidaknya kalo kita lagi berdua."
Ryan mulai tersulut, ia meletakkan ponselnya di meja dengan sedikit kasar. "Aa capek kayak gini. Kamu kerjaannya curiga mulu. Padahal Aa sedang berusaha untuk masa depan kita juga. Susah memang." Ryan keluar dari rumah Lesti tanpa permisi. Lesti diam di tempatnya. Terpaku.
@ @ @
Faul tertawa cekikikan sendiri sampai membuat temannnya. Ridwan penasaran.
"Kenap loe, Ul?"
"Aku ngetawain diri sendiri lah."
"Kenapa? Gue jarang banget liat loe kayak gini."
"Kamu tahu Lesti ngga?"
"Tahu lah, itu adik tingkat gue. Dia semester 4 jurusan Ilmu Komunikasi sama kayak gue."
Faul dan Ridwan memang bershabat dekat. Mereka seumuran, tapi Ridwan masuk kampus di tahun yang berbeda. Kini Ridwan mahasiswa semester 6, sedangkan Faul mahasiswa S2 Manajemen semester 2.
"Cuman tau itu aja?" Tanya Faul lagi.
Ridwan berusaha menangkap jawaban apa yang diinginkan Faul. Ridwan langsung menjentikkan jarinya tanda paham, "Maksud loe Lesti sebagai artis?"
Faul mengangguk.
"Loe memang ga tau?"
"Ga tau apa aku kepentok atau bagaimana, pantes kok pas denger nama Lesti kayak familiar." Faul melanjutkan tawa cekikikannya.
"Loe ketemu sama dia? Dia famous banget lho, dan termasuk susah ditemuin karena jadwal manggung dia padat.
"Iya aku ketemu dia, mungkin karena malem juga waktu itu aku ngga nyadar itu Lesti penyanyi berbakat yang namanya lagi melambung di Indonesia. Makanya aku ngetawain diri sendiri."
Tiba-tiba Faul terdiam dan menggeser tubuh Ridwan dihadapannya. Ridwan semakin merasa aneh dengan tingkat temannya itu, "Kenapa sih loe Bro."
Daripada menjawab pertanyaan Ridwan, Faul memilih meninggalkan temannya itu yang bertambah kebingungan.
Faul mendekati sosok yang sedari tadi mereka bicarakan.
"Lesti, Assalamualaikum sapanya."
Gadis cantik itu kaget ketika ada yang memanggilnya, ia mencari sumber suara dan langsung tersenyum ketika tahu siapa orang yang memanggilnya.
bersambung . . .
Review dan Sinopsis yang mimin tulis murni dari mimin pribadi
Setiap orang berhak untuk setuju atau tidak setuju dengan pendapat mimin
Karena suka atau tidak suka dengan suatu FILM/DRAMA tergantung selera masing-masing
Dan pendapat mimin sama sekali tidak menjadi generalisasi bahwa pendapat orang lain pun sama
Mohon menghormati pendapat mimin, dan mohon berkomentar dengan sopan ya..
Terimakasih.. ^^
Comments
Post a Comment
DONT BE SILENT READER, pleaase comment.. ^^ NO BASH