Skip to main content

[FF] Faules _Faul-Lesti_ "Engkaulah Jodohku" Episode 12

Faul segera mandi
air hangat begitu sampai rumahnya, kepalanya terasa berat dan tubuhnya sangat kedinginan. Setelah mandi Faul lalu menyeduh teh hangat dan segera membaringkan dirinya. Ia berusaha terpejam namun tak bisa,

Bayangan wajah Lesti mengganggu pikirannya. Wanita yang mungil itu sepertinya menanggung luka yang sangat besar. Pria macam apa yang begitu tega menyakiti wanita sebaik Lesti.

Ponsel Faul berbunyi, Faul melihat layarnya dan terlihat nama ‘Tante Risa’ di sana.

“Hallo Assalamualaikum.”

Waalaikumsalam

“Kenapa tant?”

Ponakanku yang ganteng, lagi ada di mana?

“Lagi di rumah.”

Jam segini kok di rumah, biasanya sampai malem di kampus.

“Iya lagi males aja, mager.” Jawab Faul sekenanya karena tidak ingin membuat tante Risa curiga.

Ponakanku yang paling the best, tante boleh minta tolong ngga?

“Minta tolong apa?”

Kamu tahu ponakan Om Pras yang namanya Deni ngga?

“Oh Deni. Tahu dong tant. Kenapa?”

Sebentar lagi dia mau ultah, hehe . . .

“Terus?”

Kamu boleh tanyain Lesti ngga dia bisa ada waktu kosong kapan bulan depan.

“Lho? Kenapa jadi ke Lesti?”

Dia penggemar Lesti, walau masih kecil dia suka banget sama lagu-lagu Lesti. Begitu liat foto kamu sama Lesti dia merengek terus ingin ada Lesti di ultahnya nanti.

“Oh begitu.”

Kamu tanyain Lesti ya, bantuin tante. Bilang sama Lesti, kita ikut prosedur saja terkait fee dan lainnya. Yaa cuman lewat jalur kamu aja nanyain waktu kosongnya.

“Yaudah nanti Faul tanyain Lesti. Uhuk . . . uhuk . . .”

Lho? Kamu sakit ya Faul? Pantesan tante curiga jam segini kamu udah ada di rumah. Tante ke sana ya?

“Ga usah tante, ini batuk biasa.”

Pokoknya tante ke sana sekarang.

Dan percakapan telepon pun terputus sepihak. Faul menghembuskan nafasnya. Padahal dia sedang tak ingin ada orang di sana. Ia hanya ingin tidur.

Faul lalu bangkit dan mulai membereskan rumahnya yang sedikit berantakan. Jika tante Risa meilhat rumahnya sekarang. Ia pasti akan dapat omelan tak berhenti agar ia mau tinggal bersama tante Risa dan Otm Pras daripada tinggal sendiri seperti ini.

@       @       @

“Lesti, sudah baikan?” tanya Faul saat bertemu Lesti di hari senin. Beberapa hari Faul tidak menghubungi Lesti karena ia ingin membiarkan Lesti beristirahat di hari liburnya.

“Perasaan dedek kalo ketemu Ka Faul sakit mulu ya Ka?” Lesti tersenyum.

Faul senang sudah bisa melihat senyum itu di wajah Lesti. Sebagai public figure Faul tahu jika Lesti terbiasa menyembunyikan masalah pribadinya dari orang lain. Tapi ntah kenapa Faul bisa merasakan luka dan kesedihan itu sebanyak apapun Lesti berusaha menyembunyikannya dengan senyuman.

“Inih?” Faul menyodorkan Kopi berlogo lingkaran hijau.

“Wah buat dedek? Repotin Ka Faul, makasih.”

“Iyaa . . .”

“Kok ga dingin ka?” Protes Lesti.

“Ga boleh, nanti kamu sakit lagi.”

Lesti cemberut.

Faul tertawa.

“Lesti, bisa kita bicara sebentar?” tanya sebuah suara.

Faul langsung refleks berdiri dan menahan laju pria itu untuk mendekati Lesti. Lesti memegang tangan Faul untuk mebiarkan pria itu mendekatinya.

“Gapapa ka.” Bisik Lesti.

Faul raargu untuk menurut namun akhirnya membiarkan Ryan mendekati Lesti.

“Ka Faul boleh tinggalin kami sebentar?”

Faul menggelang tanda tak mau, Lesti memberikan kode dengan kepalanya jika ia akan baik-baik saja. Faul lalu melangkah pergi.

“Jangan lama-lama ngomongnya. Aku gakan jauh dari sini.”

Lesti mengangguk.

@       @       @

“Bisa aku jelasin tentang kejadian beberapa hari yang lalu? Kamu ngga bisa aku hubungin beberapa hari ini.” Ujar Ryan dengan suara rendah tak seperti biasanya.

“Dedek udah liat semuanya dan pikiran dedek sudah terbuka A. Aa ga usah repot-repot untuk menjelaskan apapun. Karena kita sudah tidak punya hubungan apa-apa.”

Lesti berdiri hendak pergi dan tangan Ryan menahannya.

“Kamu yakin tak akan memberikan aku kesempatan lagi, setelah hubungan kita yang tidak sebentar.”

“Dedek ga bisa melanjutkan hubungain ini karena Aa tahu, kejadian kemarin akan terus ada di ingatan dedek. Dedek ngga berpikir kita bisa memulai awal yang baru bagaimanapun alasannya.”

“Aku minta maaf dek, aku kemarin hanya kebetulan makan di sana sama Mila. Hubungan kita seperti yang kamu tahu sebagai label music dan artisnya.”

“Apa Aa berpikir dedek masih percaya dengan alasanya yang sama? Sudah cukup A, biar dedek sekarang mulai berjalan ke depan tanpa melihat masa lalu. Silahkan Aa pergi, kejar semua mimpi-mimpi  Aa. Kejar impian Aa dan aa harus tahu, Lesti ga akan ada di sana untuk Aa.”

Lesti menepis tangan Ryan yang menahannya dan mulai berjalan.

“Apa karena sekarang kamu sudah punya Faul?”

Lesti menghembuskan nafasnya, ‘Lelah’ ia tak mau menjawab dan memilih melangkah pergi.

“OKE SEMOGA KAMU BAHAGIA!! KITA JALAN MASING-MASING SEKARANG. KAMU GA AKAN BISA KEMBALI SAMA AKU WALAU KAMU MOHON NANTINYA. EGOIS.”

Air mata Lesti menetes, namun ia tak lagi menjadi wanita lemah. Ia mengusap air matanya tanpa menoleh sedikitpun.

@       @       @

Lesti duduk dihadapan Faul. Seperti biasa Lesti tersenyum tapi senyum itu tak mampu membodohi Faul.

“Sekarang semuanya sudah benar-benar selesai.” Ucap Lesti.

“Kemu menyesal?”

Lesti menggeleng. “Ini perjalanan hidup, dedek harus bisa sakit seperti ini agar bisa tetap kuat untuk melihat jalan ke depan.”

Faul lalu mengeluarkan banyak item dari kantong kresek putih berlogo mini market.

“Apaan ini Ka?”

“Coklat, makanan ringan, jus, susu, dan roti.”

“Buat apaan?”

“Buat orang yang sedih biar bisa melupakan kesedihannya.”

“Buat siapa?”

“Wanita di depan aku yang selalu tersenyum untuk menutupi kesedihannya. Kamu tahu dek, kamu ga akan bisa menutupi kesedihan kamu dari aku dengan senyum itu. Kamu tahu kenapa? Karena aku tahu sebesar apa luka itu.”

Muka Lesti langsung merah, ia tetap menahan tangisan sekuat yang ia bisa.

Faul membereskan makanannya dan memegang lengan Lesti. Faul berdiri.

“Kemana Ka?”

“Ikut aku, kita ke tempat favorit yang sepi.”

“Taman belakang perpus lagi?”

Faul mengangguk.

Tak butuh lama untuk mereka berdua bisa sampai di taman itu. Taman belakang perpustakaan yang selalu sepi, begitupun dengan hari ini.

“Kamu pasti lelah kan untuk berpura-pura kuat di depan orang lain? Nah di sini sepi ga akan ada orang lain yang mendengar.” Kata Faul begitu mereka tiba di taman itu.

Lesti diam.

“Aku boleh minta sesuatu sama kamu, dek?”

“Apa?”

“Kita udah jadi teman kan?”

Lesti mengangguk.

“Teman baik kan? bukan sekedar kenal?”

Lesti mengangguk lagi.

“Kalo gitu janji sama aku. Jangan anggap aku orang luar. Dedek ga harus menyembunyikan sedih dedek di depan aku.” Faul menjeda kalimatnya sebentar. Ia lalu menepuk bahunya sendiri, “Hari ini aku pinjamkan bahuku sampai kamu tenang.”

Lesti tampak tak bisa lagi menahan air matanya.

“Menangislah, jangan menahan itu.”

Lesti lalu menyandarkan kepalanya di bahu Faul. Lebih tepatnya menyandarkan dahinya di bahu Faul. Badannya bergetar. Menangis.

Faul membiarkan Lesti menangis di bahunya. Ia menatap langit. Matahari yang tertutup awan gelap mulai kembali menampakkan dirinya, awan kelabu yang menghalanginya bergerak menjauh dan membiarkan sinar matahari kembali bersinar terang.


‘Menangislah dek, hanya untuk hari ini aja. Kedepannya aku berjanji akan membuatmu selalu bahagia dan melupakan semua kejadian menyakitkan di masa lalu. Akan ku lakukan apa saja untuk membuatmu selalu tersenyum nanti’ . Bisik Hati Faul. Ia tak mengharapkan apapun, ia cukup menajadi teman terbaik Lesti dan akan selalu ada di sisinya dalam keadaan apapun.   

bersambung ..



Review dan Sinopsis yang mimin tulis murni dari mimin pribadi
Setiap orang berhak untuk setuju atau tidak setuju dengan pendapat mimin
Karena suka atau tidak suka dengan suatu FILM/DRAMA tergantung selera masing-masing
Dan pendapat mimin sama sekali tidak menjadi generalisasi bahwa pendapat orang lain pun sama
Mohon menghormati pendapat mimin, dan mohon berkomentar dengan sopan ya..
Terimakasih.. ^^. 

Comments

Popular posts from this blog

[Bahas Ending] K-Film "Memoir of A Murderer"

Suka sama akting nam gil

Sinopsis Pained

Setelah lama tidak melihat Kwon Sang Woo

[CURHAT] Kekecewaan mimin sama Drama Korea "Born Again"

PERHATIAN . . .