Faul segera mandi
air hangat begitu sampai rumahnya,
kepalanya terasa berat dan tubuhnya sangat kedinginan. Setelah mandi Faul lalu
menyeduh teh hangat dan segera membaringkan dirinya. Ia berusaha terpejam namun
tak bisa,
Bayangan wajah Lesti mengganggu pikirannya. Wanita yang
mungil itu sepertinya menanggung luka yang sangat besar. Pria macam apa yang
begitu tega menyakiti wanita sebaik Lesti.
Ponsel Faul berbunyi, Faul melihat layarnya dan terlihat
nama ‘Tante Risa’ di sana.
“Hallo Assalamualaikum.”
Waalaikumsalam
“Kenapa tant?”
Ponakanku yang
ganteng, lagi ada di mana?
“Lagi di rumah.”
Jam segini kok di
rumah, biasanya sampai malem di kampus.
“Iya lagi males aja, mager.” Jawab Faul sekenanya karena
tidak ingin membuat tante Risa curiga.
Ponakanku yang paling
the best, tante boleh minta tolong ngga?
“Minta tolong apa?”
Kamu tahu ponakan Om
Pras yang namanya Deni ngga?
“Oh Deni. Tahu dong tant. Kenapa?”
Sebentar lagi dia mau
ultah, hehe . . .
“Terus?”
Kamu boleh tanyain Lesti
ngga dia bisa ada waktu kosong kapan bulan depan.
“Lho? Kenapa jadi ke Lesti?”
Dia penggemar Lesti,
walau masih kecil dia suka banget sama lagu-lagu Lesti. Begitu liat foto kamu
sama Lesti dia merengek terus ingin ada Lesti di ultahnya nanti.
“Oh begitu.”
Kamu tanyain Lesti ya,
bantuin tante. Bilang sama Lesti, kita ikut prosedur saja terkait fee dan
lainnya. Yaa cuman lewat jalur kamu aja nanyain waktu kosongnya.
“Yaudah nanti Faul tanyain Lesti. Uhuk . . . uhuk . . .”
Lho? Kamu sakit ya
Faul? Pantesan tante curiga jam segini kamu udah ada di rumah. Tante ke sana
ya?
“Ga usah tante, ini batuk biasa.”
Pokoknya tante ke sana
sekarang.
Dan percakapan telepon pun terputus sepihak. Faul
menghembuskan nafasnya. Padahal dia sedang tak ingin ada orang di sana. Ia
hanya ingin tidur.
Faul lalu bangkit dan mulai membereskan rumahnya yang
sedikit berantakan. Jika tante Risa meilhat rumahnya sekarang. Ia pasti akan
dapat omelan tak berhenti agar ia mau tinggal bersama tante Risa dan Otm Pras
daripada tinggal sendiri seperti ini.
@ @ @
“Lesti, sudah baikan?” tanya Faul
saat bertemu Lesti di hari senin. Beberapa hari Faul tidak menghubungi Lesti
karena ia ingin membiarkan Lesti beristirahat di hari liburnya.
“Perasaan dedek kalo ketemu Ka
Faul sakit mulu ya Ka?” Lesti tersenyum.
Faul senang sudah bisa melihat
senyum itu di wajah Lesti. Sebagai public
figure Faul tahu jika Lesti terbiasa menyembunyikan masalah pribadinya dari
orang lain. Tapi ntah kenapa Faul bisa merasakan luka dan kesedihan itu
sebanyak apapun Lesti berusaha menyembunyikannya dengan senyuman.
“Inih?” Faul menyodorkan Kopi
berlogo lingkaran hijau.
“Wah buat dedek? Repotin Ka Faul,
makasih.”
“Iyaa . . .”
“Kok ga dingin ka?” Protes Lesti.
“Ga boleh, nanti kamu sakit
lagi.”
Lesti cemberut.
Faul tertawa.
“Lesti, bisa kita bicara
sebentar?” tanya sebuah suara.
Faul langsung refleks berdiri dan
menahan laju pria itu untuk mendekati Lesti. Lesti memegang tangan Faul untuk
mebiarkan pria itu mendekatinya.
“Gapapa ka.” Bisik Lesti.
Faul raargu untuk menurut namun akhirnya
membiarkan Ryan mendekati Lesti.
“Ka Faul boleh tinggalin kami
sebentar?”
Faul menggelang tanda tak mau,
Lesti memberikan kode dengan kepalanya jika ia akan baik-baik saja. Faul lalu
melangkah pergi.
“Jangan lama-lama ngomongnya. Aku
gakan jauh dari sini.”
Lesti mengangguk.
@ @ @
“Bisa aku jelasin tentang
kejadian beberapa hari yang lalu? Kamu ngga bisa aku hubungin beberapa hari
ini.” Ujar Ryan dengan suara rendah tak seperti biasanya.
“Dedek udah liat semuanya dan
pikiran dedek sudah terbuka A. Aa ga usah repot-repot untuk menjelaskan apapun.
Karena kita sudah tidak punya hubungan apa-apa.”
Lesti berdiri hendak pergi dan
tangan Ryan menahannya.
“Kamu yakin tak akan memberikan
aku kesempatan lagi, setelah hubungan kita yang tidak sebentar.”
“Dedek ga bisa melanjutkan
hubungain ini karena Aa tahu, kejadian kemarin akan terus ada di ingatan dedek.
Dedek ngga berpikir kita bisa memulai awal yang baru bagaimanapun alasannya.”
“Aku minta maaf dek, aku kemarin
hanya kebetulan makan di sana sama Mila. Hubungan kita seperti yang kamu tahu
sebagai label music dan artisnya.”
“Apa Aa berpikir dedek masih
percaya dengan alasanya yang sama? Sudah cukup A, biar dedek sekarang mulai
berjalan ke depan tanpa melihat masa lalu. Silahkan Aa pergi, kejar semua
mimpi-mimpi Aa. Kejar impian Aa dan aa
harus tahu, Lesti ga akan ada di sana untuk Aa.”
Lesti menepis tangan Ryan yang
menahannya dan mulai berjalan.
“Apa karena sekarang kamu sudah punya
Faul?”
Lesti menghembuskan nafasnya,
‘Lelah’ ia tak mau menjawab dan memilih melangkah pergi.
“OKE SEMOGA KAMU BAHAGIA!! KITA
JALAN MASING-MASING SEKARANG. KAMU GA AKAN BISA KEMBALI SAMA AKU WALAU KAMU
MOHON NANTINYA. EGOIS.”
Air mata Lesti menetes, namun ia
tak lagi menjadi wanita lemah. Ia mengusap air matanya tanpa menoleh
sedikitpun.
@ @ @
Lesti duduk dihadapan Faul.
Seperti biasa Lesti tersenyum tapi senyum itu tak mampu membodohi Faul.
“Sekarang semuanya sudah
benar-benar selesai.” Ucap Lesti.
“Kemu menyesal?”
Lesti menggeleng. “Ini perjalanan
hidup, dedek harus bisa sakit seperti ini agar bisa tetap kuat untuk melihat
jalan ke depan.”
Faul lalu mengeluarkan banyak
item dari kantong kresek putih berlogo mini market.
“Apaan ini Ka?”
“Coklat, makanan ringan, jus,
susu, dan roti.”
“Buat apaan?”
“Buat orang yang sedih biar bisa
melupakan kesedihannya.”
“Buat siapa?”
“Wanita di depan aku yang selalu
tersenyum untuk menutupi kesedihannya. Kamu tahu dek, kamu ga akan bisa
menutupi kesedihan kamu dari aku dengan senyum itu. Kamu tahu kenapa? Karena
aku tahu sebesar apa luka itu.”
Muka Lesti langsung merah, ia
tetap menahan tangisan sekuat yang ia bisa.
Faul membereskan makanannya dan
memegang lengan Lesti. Faul berdiri.
“Kemana Ka?”
“Ikut aku, kita ke tempat favorit
yang sepi.”
“Taman belakang perpus lagi?”
Faul mengangguk.
Tak butuh lama untuk mereka
berdua bisa sampai di taman itu. Taman belakang perpustakaan yang selalu sepi,
begitupun dengan hari ini.
“Kamu pasti lelah kan untuk
berpura-pura kuat di depan orang lain? Nah di sini sepi ga akan ada orang lain
yang mendengar.” Kata Faul begitu mereka tiba di taman itu.
Lesti diam.
“Aku boleh minta sesuatu sama kamu,
dek?”
“Apa?”
“Kita udah jadi teman kan?”
Lesti mengangguk.
“Teman baik kan? bukan sekedar kenal?”
Lesti mengangguk lagi.
“Kalo gitu janji sama aku. Jangan
anggap aku orang luar. Dedek ga harus menyembunyikan sedih dedek di depan aku.”
Faul menjeda kalimatnya sebentar. Ia lalu menepuk bahunya sendiri, “Hari ini
aku pinjamkan bahuku sampai kamu tenang.”
Lesti tampak tak bisa lagi
menahan air matanya.
“Menangislah, jangan menahan
itu.”
Lesti lalu menyandarkan kepalanya
di bahu Faul. Lebih tepatnya menyandarkan dahinya di bahu Faul. Badannya
bergetar. Menangis.
Faul membiarkan Lesti menangis di
bahunya. Ia menatap langit. Matahari yang tertutup awan gelap mulai kembali
menampakkan dirinya, awan kelabu yang menghalanginya bergerak menjauh dan
membiarkan sinar matahari kembali bersinar terang.
‘Menangislah dek, hanya untuk hari ini aja. Kedepannya aku berjanji
akan membuatmu selalu bahagia dan melupakan semua kejadian menyakitkan di masa
lalu. Akan ku lakukan apa saja untuk membuatmu selalu tersenyum nanti’ . Bisik
Hati Faul. Ia tak mengharapkan apapun, ia cukup menajadi teman terbaik Lesti
dan akan selalu ada di sisinya dalam keadaan apapun.
bersambung ..
Review dan Sinopsis yang mimin tulis murni dari mimin pribadi
Setiap orang berhak untuk setuju atau tidak setuju dengan pendapat mimin
Karena suka atau tidak suka dengan suatu FILM/DRAMA tergantung selera masing-masing
Dan pendapat mimin sama sekali tidak menjadi generalisasi bahwa pendapat orang lain pun sama
Mohon menghormati pendapat mimin, dan mohon berkomentar dengan sopan ya..
Terimakasih.. ^^.
Comments
Post a Comment
DONT BE SILENT READER, pleaase comment.. ^^ NO BASH