Lesti merasakan
kepalanya sangat berat, ia beringsut menuju tempat tidurnya dan memilih mengikuti saran Aulia untuk mematikan ponsel. Di rumah tidak ada siapa-siapa, orangtunya akan pulang dua hari lagi. Lesti sudah memakan bubur yang diberikan teh Lisna, dan meminum obat. Teh Lisna tidak bisa menemani Lesti karena menggantikan dirinya menghadiri meeting.
Lesti merebahkan dirinya. Kepalanya sakit dan ia bisa merasakan badannya panas. Lesti mengangkat lengan dan menutupi matanya berharap bisa terlelap dan sakit itu segera pergi darinya. Baru saja ia akan terlelap, Lesti dikejutkan dengan suara bel rumahnya.
Ting . . . tong . . .
Lesti tidak tahu, harus membuka atau membiarkan saja. Namun belnya terus berbunyi dengan frekuensi yang lebih cepat. Lesti akhirnya duduk dan berusaha meggapai jilbab instan yang tergantung. Ia berjalan sempoyongan.
"Sebentar." Ujarnya begitu berhasil menuruni tangga menuju lantai satu.
Bel itu tetap tidak berhenti dengan suara yang makin membuat kepalanya berdengung.
Lesti berhasil membuka pintu itu.
"Bagus deh kamu ada di rumah." Ujar sebuah suara.
"Ada apa aa kesini?" Tanya Lesti pada pria di depannya, Ryan.
"Kok kamu bilangnya gitu dek? Kamu lagi ngapain memang?"
Lesti menggeleng dan memilih tak menyebutkan jika ia sedang sakit.
"Dedek lagi istirahat aja di kamar."
Ryan menaruh curiga, ia masuk dan duduk tanpa diminta.
Lesti duduk di depannya, tak menawarkan minum karena untuk duduk saja rasanya sangat lemas.
"Ada keperluan apa, A?"
"Kamu ngusir ya? Aku harus ada keperluan buat datang ke sini."
Lesti menghembuskan nafas dan enggan berdebat.
"Ini apa maksudnya?" Ryan mengeluarkan ponsel. Salah satu fotografer terkenal memposting foto Lesti dan Faul di akun resminya sebagai dokumentasi acara pernikahan.
Lesti diam saja, ia kelu. Buka karena tidak ingin memberi alasan tapi badannya sangat lemah bahkan untuk berbicara saja rasanya sulit.
"Oh jadi ngga ada penjelasan. Aku berusaha memahami saat dia muncul di pertengkaran kita, ada saat mobilmu mogok dan sekarang di tempat yang kamu bilang kerjaan. Bukannya ini terlalu keterlaluan jika disebut kebetulan?" Nada suara Ryan mulai meninggi.
"A . . ." Lesti mengeluarkan suara yang nyaris tak terdengar.
"Aku cape kayak gini."
@ @ @
Angin sepoi terasa di bangku itu, daun berguguran perlahan dari pohon yang masih berjajar rapi. Nassar menghirup udara dalam sambil tersenyum menikmati terpaan angin itu di wajahnya. Tempat favorit Nassar adalah taman itu. Di sana juga ia selalu merasakan ketenangan dan tentu saja ia bisa melakukan pekerjaannya di sana dengan baik daripada mengerjakan di ruangan pengap apartemennya. Padahal jika dibilang sempit tidak juga, Nassar memiliki apartemen mewah di Jakarta tapi ia tidak suka berdiam diri di rumah apalagi jika menyangkut perkejaan yang membutuhkan banyak inspirasi.
Proposal bisnis barunya tentang sanggar kesenian daerah sudah selesai, ia akan melanjutkan mencari sponsor setelah Faul menyetujuinya. Nassar sebetulnya bukan dari keluarga miskin tapi ia menikmati proses dari bawah untuk mencapai puncak seperti sahabatnya, Faul. Ayah Nassar adalah dosen di salah satu universitas di kota asalnya, dan ibunya adalah pengusaha batik yang cukup terkenal di Bandung.
Nassar mulai terganggu konsentrasinya ketika melihat seorang wanita yang tengah mengangkat kamera dan mengarahkan kamera di genggamannya itu ke objek bunga tak jauh dari sana. Dia mundur dan mundur tanpa melihat sekitar.
Nassar mengingat kembali kejadian di kampus kemarin. 'Kenapa juga aku ingat sama cewek nyebelin itu?' rutuk hatinya.
Wanita itu mundur dan mundur lagi sampai hamper mendekati tempatnya. Nassar segera mengambil ranting di sekitar sana dan menghentikan wanita itu untuk terus mundur mendekatinya.
"Aw." Ujar wanita itu ketika ranting yang Nassar pegang mengenai badannya.
Mereka saling bertukar pandang.
"KAMU!" kata mereka berbarengan.
@ @ @
"Aku capek dek." Suara Ryan kini sedikit rendah.
"A, denger . .in ." belum sempat Lesti menyelesaikan kalimatnya, Ryan langsung memotong.
"Kita putus aja."
Air mata Lesti langsung berhamburan mendengar kalimat itu.
"Kita instropeksi diri, Aa ga tau kenapa kita jadi begini? Kamu berubah. Aku lelah."
Badan Lesti lemah tapi hatinya sangat sakit sampai airmata itu keluar begitu saja tanpa bisa ia tahan.
"Selamat tinggal, semoga kamu bahagia sama Ka Faul." Ryan langsung keluar dari ruangan itu.
Lesti mencoba berdiri dan menggusur kakinya yang berat. Matanya tak bisa melihat jelas karena air mata yang menghalangi jarak pandangnya. Ryan masuk ke dalam mobilnya dan langsung menstarter. (Siapa yang ingat MV Tirani? Wkwk)
"A tunggu a, dengerin dedek." Lesti berusaha berteriak, namun lemah dan terbata-bata.
Ryan langsung melesat keluar dari car port rumah Lesti. Lesti tetap berusaha berjalan, ia ingin berlari tapi badannya tak menurut.
@ @ @
Faul masih mencoba menghubungi ponsel Lesti tapi tetap tidak aktif. Faul menjadi ragu harus tetap melanjutkan perjalanannya ke rumah Lesti atau tidak.
Faul akhirnya memutuskan untuk tetap jalan, ia bukan akan menemui Lesti tapi mengembalikan barangnya. Jika nanti Lesti sedang beristirahat dia akan menitipkan pada asisten rumah tangga Lesti dan akan langsung pergi.
Faul mampir ke kios buah untuk membeli sekeranjang buah karena merasa tidak enak dengan tangan hampa.
Faul mulai dekat, ia bisa mengembalikan ingatannya pada malam itu untuk memastikan tidak ada masalah di GPS dan ia bisa sampai ke rumah Lesti dengan tepat. Faul mengemudikan mobilnya dengan perlahan karena masuk ke kompleks perumahan. Ia takut ada anak-anak yang tiba-tiba berlati keluar rumah.
Faul cukup kaget dengan mobil depan dari arah sebaliknya, cukup ngebut untuk kecepatan di jalan perumahan. Faul lalu melihat ada seorang wanita yang tengah berjalan dengan terseok-seok tampak berusaha mengejar mobil berkecepatan tinggi itu.
"Lesti?" Faul langsung menghentikan mobilnya tanpa memarkir dengan benar. Ia berlari menuju Lesti.
Faul menangkap badan Lesti yang hamper ambruk, tapi Lesti tetap berusaha menggapai-gapai sambil tatapannya tak lepas dari mobil yang semakin menjauh.
"Dengerin aku." Ujarnya lirih. Sampai kesadarannya hilang.
"Lesti!" panggil Faul pada wanita yang kini pingsan dalam dekapannya.
bersambung . . .
Review dan Sinopsis yang mimin tulis murni dari mimin pribadi
Setiap orang berhak untuk setuju atau tidak setuju dengan pendapat mimin
Karena suka atau tidak suka dengan suatu FILM/DRAMA tergantung selera masing-masing
Dan pendapat mimin sama sekali tidak menjadi generalisasi bahwa pendapat orang lain pun sama
Mohon menghormati pendapat mimin, dan mohon berkomentar dengan sopan ya..
Terimakasih.. ^^
Comments
Post a Comment
DONT BE SILENT READER, pleaase comment.. ^^ NO BASH