Ryan mengerutkan kening.
“Beneran kamu udah pacaran sama Faul?” tanya Ryan pada
Lesti.
Lesti sedikit bingung tapi ia segera mengangguk perlahan.
Ryan terlihat kecewa dan meninggalkan Faul dan Lesti di
tempat itu.
“Kamu ga apa-apa dek?” Faul memperhatikan Lesti dari atas
sampai bawah.
“Ga apa-apa kok Ka. Tadi A Ryan cuman ngobrol aja.”
“Baguslah, aku khawatir kamu kenapa-kenapa.”
Lesti diam dan mencoba menyusun kalimat untuk menanyakan
sesuatu pada Faul.
“Oh maaf tentang pacaran tadi. Aku ingin kamu terbebas dari
dia. Jadi ngga apa-apa kan aku bilang begitu?”
“Eh Oh?! iya Ka.”
“Maaf aku ngga berpikir jernih saat ngomong itu. Aku ngga
berpikir dampak apa yang mungkin terjadi sama kamu karena kata-kata aku.”
Lesti menggeleng. “Ga usah dipikirkan Ka. Dedek tahu kok Ka
Faul bilang begitu untuk dedek.
Dedek malah hampir kaget.”
“Kaget kenapa?”
“Kirain Ka Faul beneran suka sama dedek. Jadi sekalian
nembak gitu. Haha . . . terlalu halu ya Ka? Maafkan pikiran liar dedek”
“Aku . . .”
“Dedek seneng kalo tadi cuman karena perhatian Kaka sama
dedek. Dedek ngga berpikir untuk pacaran lagi Ka. Dan lagian hubungan kita
sebagai sahabat dan rekan kerja ini sudah amat
menyenangkan buat dedek.”
Faul urung melanjutkan kata-katanya. Faul merasakan jika
Lesti sedang menolaknya secara halus. Tidak, lebih tepatnya menolak siapapun
yang mendekati dirinya atas embel-embel cinta. Luka Lesti terlalu dalam untuk
segera membuka pintu hatinya pada pria lagi.
Faul mengacungkan jempolnya pada Lesti, “Sekarang fokus
dulu, kuliah dulu, karir. Selesaikan apa yang mau kamu selesaikan. Nanti
setelah semuanya tercapai baru menikah. Ngga harus pacaran kan?”
Lesti gantian mengacungkan jempolnya kepada Faul. Padahal di
dasar hatinya yang dalam Lesti berharap jika Faul memang menyukainya. Dasar
hati yang paling dalam, bahkan Lesti sendiripun tidak menyadarinya.
@ @ @
Karena mempersiapkan lagu duet
mereka sekaligus memperkenalkan KEDJORA MUSIK, Faul dan Lesti begadang di label
mereka. Lesti berusaha meng-aransemen lagu sesuai keinginan dia dibantu dengan
komposer musik yang sudah disiapkan Om Zaid.
Begitu ada istirahat, Lesti
tertidur di mejanya. Faul yang hendak menghampiri untuk mendiskusikan seberapa
jauh yang telah ia kerjakan berdiri mematung di sana. Ia lalu melepas sweater
yang sedang dipakainya dan menyelimutkan pada Lesti yang tampak tertidur
nyenyak karena kelelahan.
Faul menuju pantry dan membuat
dua cangkir kopi untuk diberikan pada komposer Lesti dan dirinya. Ia akan
menghabiskan waktu dengan komposer itu dengan ngopi bersama dan berharap Lesti
bisa tidur lebih lama karena ia bisa mengulur waktunya.
Tiga puluh menit kemudian Faul
masuk untuk membangunkan Lesti yang ternyata sudah tidak ada di tempatnya.
Waktu sudah menujukkan pukul 3 dini hari. Faul mencoba mengecek ruang tamu dan
sofa jika saja Lesti memutuskan mencari tempat yang lebih nyaman untuk tidur,
tapi ia tak menemukannya.
Faul akhirnya menuju ke sebuah
ruangan istirahat. Faul mengetuk pelan, karena tidak ada jawaban. Ia membuka
pintu itu dan terlihat Lesti sedang bersujud melaksanakan shalat sunnah malam
(tahajud maksudnya). Faul sempat berdiri
tak bergerak di ambang pintu. Faul merasa semakin kagum dengan Lesti. Ia
menyadari bahwa cintanya pada Lesti tidaklah pudar, ia merasa cintanya malah
semakin besar ketika ia mulai dekat dengan Lesti dan mulai mengtahui
kebiasaan-kebiasaannya. Semakin dekat dengan Lesti, Faul semakin sadar begitu
luar biasanya wanita itu.
Sebanyak hari berganti sebanyak
itu pula rasa suka Faul tumbuh. Tapi ia tak tahu harus bagaimana. Persahabatan
ini sudah menjadi zona nyaman untuk Lesti, jika ia sampai mengutarakan
perasaannya dan Lesti menolak maka akan ada suasana canggung dan itu tidak baik
untuk kerjasama mereka. Atau andaikan ada keajaiban dan Lesti mau mencoba
menerima Faul. Faul takut akan ada pertengkaran atau hal lain yang membuat
mereka tidak bisa profesional dalam pekerjaannya.
Seberapa kuatpun ia menutupi dan
mengubur rasa sukanya dengan kata persahabatan tapi hatinya tak bisa berbohong.
Faul lalu menutup perlahan ruangan Lesti dan segera masuk ruangannya. Mengambil
air wudhu untuk melakukan shalat malam.
@ @ @
‘Bawalah Lesti ke Aceh kenalkan sama keluarga besar di sini.’
“Pah, bukan begitu hubungan Faul
dengan Lesti. Kita bersahabat dan sekarang kita juga rekan kerja.”
‘Apa yang mau kamu sembunyikan, Ul? Media sudah menggembar-gemborkan
hubungan kalian. Orang Aceh sini sudah menyambut punya mantu orang sunda.’
“Pah, beneran pah itu Cuma gosip.
Kok papah percaya gosip dibanding anak sendiri.”
‘Ya sudah kalo kamu bersikeras seperti itu. Papah tetap minta kamu cari
calon istri segera.’
“Kan Faul sudah bilang, selesai
S3 Faul akan nyari calon istri Pah bukan pacar. Nanti Faul langsung bawa ke
Aceh.”
‘Kelamaan Nak! Begini saja. Kalau kamu bersikeras ngga ada hubungan
sama Lesti. Papah carikan saja ya calonnya. Jangan khawatir kalo kamu mau tetap
di Jakarta. Papah punya banyak temen yang anaknya kuliah dan kerja di sana. Ya,
kamu tahu beres lah.’
“Pah, tolong. Faul benar-benar
mau fokus kuliah dulu Pah. Kasih waktu Faul 2 sampai 3 tahun lagi ya?”
‘Nak jangan berpikir menikah itu menjadi beban yang akan mengganggu
studi kamu. Apa papah pernah bilang kalo kamu menikah kamu harus berhenti
sekolah?’ Suara Ayah Faul terdengar kecewa.
“Bukan itu masalahnya Pah. Faul
belum siap secara finansial untuk bisa menghidupi orang lain.”
‘Alasan ini lebih aneh lagi. Rumah yang kamu tempatin itu kan rumah
atas nama kamu, Ul. Bisnis perkebuban dan peternakan kamu di sini juga lancar
dan menghasilkan. Terus bisnis sanggar kamu yang kerjasama dengan teman kamu
dari Bandung itu juga bukannya sudah jalan. Lalu . . .’
“Sudah pah, jangan dilanjutin.
Biarkan Faul berpikir tapi papah jangan terlalu berharap karena Faul yakin
jawaban Faul ngga akan banyak berubah.”
@ @ @
“Dek, aku mau nanya tapi kamu
jangan tersinggung ya.” Ujar Aulia hati-hati.
“Nanya apaan Ka?”
“Sebenernya hubungan kamu sama Ka
Faul itu bagaimana sih?”
“Kita sahabatan dan sekaligus
rekan kerja. Ka Aulia tahu kan dedek sama Ka Faul ada kerjasama bareng di label
KEDJORA MUSIK.”
“Itu aja?”
Lesti mengangguk sambil
menyendokkan eskrim ke dalam mulutnya.
“Yah kirain yang dibilangin
berita infotainment beneran.”
“Ka Aulia malah percaya acara
gosip sih, bukannya nanya langsung sama dedek.”
“Yee, ini nanya langsung. Baru
sempet aja nanya langsung karena yang mau ditanya sibuk banget dan lewat ponsel
rasanya kurang enak aja.”
“Udah sekarang nanyanya?”
“Satu lagi deh.”
“Apa lagi?”
“Walau kamu ngga pacaran dan berita
gosip itu pada salah. Kamu suka sama Ka Faul?”
Lesti membelalakkan mata, “Ngga
Ka. Kita ya sahabat. Suka sebagai sahabat kayak dedek sama Ka Aul.”
Secara tidak sengaja Faul
mendengar percakapan itu. Ia urung menghampiri Lesti dan berbalik berjalan
menjauhinya.
bersambung . . .
Review dan Sinopsis yang mimin tulis murni dari mimin pribadi
Setiap orang berhak untuk setuju atau tidak setuju dengan pendapat mimin
Karena suka atau tidak suka dengan suatu FILM/DRAMA tergantung selera masing-masing
Dan pendapat mimin sama sekali tidak menjadi generalisasi bahwa pendapat orang lain pun sama
Mohon menghormati pendapat mimin, dan mohon berkomentar dengan sopan ya..
Terimakasih.. ^^
Comments
Post a Comment
DONT BE SILENT READER, pleaase comment.. ^^ NO BASH