“Iya sama aja kayak suka sama temen dan sahabat. Sayang
kayak dedek sama ka Aul.”
Faul urung mendekati mereka dan menjauh. Bukan sengaja ia
mendengarkan percakapan itu. Faul baru saja keluar kelas dari kuliah dan merasa
haus. Karena itu ia memutuskan untuk mencari minuman di kantin kampus dan
melihat Lesti dan Aulia sedang mengobrol. Jadi tadinya Faul akan menghampiri
mereka.
Tak bisa dipungkiri Faul merasa kecewa mendengar pernyataan
itu. Walau Faul sudah tahu sedari awal jika memang tidak ada dirinya di hati
Lesti tapi mendengar langsung ternyata meninggalkan perih yang seharusnya mampu
ia tahan.
Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri sejak melihat Lesti
menangis dan terluka. Ia tak akan menjadi orang yang serakah dan menginginkan
Lesti. Ia hanya akan berada di samping Lesti dan berusaha memberikan dukungan
dan kebahagiaan sebagai sahabat tidak lebih. Tapi siapa yang bisa mengontrol
hatinya. Ia bahkan tak mampu menahan kecenderungan hatinya yang menyayangi dan
mencintai Lesti. Lebih dari sekedar sahabat.
Faul mencoba menenangkan hatinya yang sakit dan kembali
normal. Ia tersenyum. Senyum tulus
untuk menenangkan dirinya sendiri.
@ @ @
Aulia tampak kecewa dengan
jawaban Lesti.
“Beneran ngga suka sama Ka Faul?”
“Kan udah dedek jawab, iya dedek
suka sama Ka Faul. Kita kan sahabat, temen deket.”
“Bukan suka yang itu. Maksud aku
suka ke lawan jenis.”
Lesti tampak tertegun mendengar
kata-kata Aulia.
“Dek, udah hampir 4 bulan kan
kamu putus sama Ryan. Kalo kamu sadar berapa banyak ‘warga’ kampus ini yang
berbaris antri biar gantiin posisi Ryan di hati kamu. Belum teman seagensi
artis dan rekan artis yang lain. Kamu ngga berminat mencari pengganti?”
“Dedek ngga mau lagi merasakan
perasaan yang sama Ka.”
“Kalau trauma itu harus diobati
dengan cinta yang lain.”
“Dedek ngga trauma ka, cuman
ingin lebih berhati-hati aja. Rasanya seperti sekarang ini juga dedek bahagia
kok.”
“Kalo Ka Faul suka sama kamu?”
“Hush . . . apaan sih Ka Aulia
ini aneh-aneh aja. Ka Faul memang dasarnya baik dia baik sama semua orang
terutama perempuan. Ngga mungkin dia suka sama dedek. Dedek juga tahu kalau Ka
Faul dari keluarga berada. Ayahnya Gubernur Aceh kan? Dedek pernah ke acara
saudara Ka Faul. Mewah banget yang hadir orang berada semua. Ga mungkin lah
Faul suka sama orang biasa kayak dedek.”
“Memang kamu orang biasa?” tanya
Aul tak setuju. “Kamu tuh artis dek, penyanyi terkenal. Penghargaan kamu
banyak. Setiap single yang keluar
selalu booming. Yang lebih penting kamu itu ikon penyanyi dangdut muda.
Banyak di luar sana yang membuat kamu sebagai role model mereka. Terus kamu bilang orang biasa? Wah becanda kamu
dek!”
“Penyanyi itu dibayar Ka. Ibarat
Ka Faul dan keluarga itu boss kalo dedek cuman pegawai.”
“Udah-udah aku lagi ngga mau
bahas itu. Selama kamu deket sama Ka Faul kamu memang ngga merasa gimana gitu?”
“Biasa aja sih.”
“Kalo Ka Faul ngga ngabarin atau
chat jadi nungguin gitu ngga? Was was penasaran kabarnya?”
“Tiap hari kita chat karena kan
ngurusin label musik.”
“Kalo hati kamu bergetar karena
Ka Faul, pernah?”
Lesti diam, awalnya dia
menanggapi pertanyaan Aulia dengan setengah becanda karena memang obrolan
mereka selalu seperti itu. Namun, ketika mendengar kata hati bergetar. Lesti
merasa sulit mengungkapkan jawabannya.
“Pernah ya?” selidik Aulia.
“Kepo.” Balas Lesti.
“Dek, kamu dengerin aku ya.
Kadang kamu merasa kamu tidak menyukai seseorang karena orang itu memang ada
dan selalu ada untuk kamu. Tapi kalau kamu sudah kehilangan kamu akan merasa
begitu penting peranannya dalam hidup kamu.”
“Ih, Ka Aulia kok jadi serius
banget.”
“Aku ingetin kamu dek. Mungkin
kamu merasa tidak ada rasa suka sama Ka Faul karena kamu sudah biasa bertemu
sama dia. Sudah nyaman dengan keadaan sekarang. Bagaimana jika ada orang ketiga
diantara kalian.”
Kini Lesti tidak membalas
perkataan Aulia. Bohong bila bilang hati Lesti tidak pernah bergetar karena
perlakuan Faul. Faul sangat sopan untuk seorang pria. Ia sangat memperdulikan
dirinya dan Lesti selalu merasa menjadi wanita yang berharga jika berada di
dekat Faul. Bukan tanpa alasan tapi Faul memang memeperlakukan Lesti seperti
sesuatu yang sangat mahal. Faul sangat menjaga seorang wanita. Jika berbicara
ia menjaga jarak dan ia menjaga pandangannya juga tetap tunduk dan hanya
sesekali menatap wajah Lesti. Jika bercanda Faul tak pernah menyentuh atau
memukul dirinya. Dan yang lebih penting lagi sampai saat ini rasanya Faul tidak
pernah bersentuhan dengannya. Jika terpaksa Faul selalu menawarkan lengan
daripada tangan. Lengan yang selalu terbungkus kameja atau kaos panjang Faul.
“Kamu harus mau buka hati sama
pria lain, dek. Ga semua cowok itu jahat dan tukang selingkuh. Kalo kamu ada
sedikit saja ketertarikan sama Ka Faul. Aku ngga keberatan lho jadi Mak
Comblang. Lagian aku sama A Nassar juga udah sahabatan sekarang. Kita mau yang
terbaik untuk sahabat-sahabat kita.”
“Ka Aulia sama Ka Nassar udah
jadian?”
“Belum tapi Aku suka sama A Nassar,
kalo dia nembak, aku mau kok terima. Sekarang pertanyaannya kalo Ka Faul nembak
kamu. Kamu mau nerima dia?”
Dan pertanyaan Aulia sukses
membuat Lesti benar-benar terdiam.
@ @ @
Lesti kuliah di lantai tiga. Setelah kuliah dia ada jadwal meeting dengan Kedjora Musik. Lesti
buru-buru begitu kelas selesai.
“Dek bisa minta waktu sebentar?” Ryan menunggu Lesti keluar
dari ruangan kuliahnya.
“A Ryan? Maaf A. Dedek buru-buru mau ada pertemuan penting.”
“Dek!” Ryan memegang pergelangan tangan Lesti. Lesti sedikit
risih dan buru-buru melepaskan pergelangan tangannya dari cengkraman Ryan.
“A. dedek sudah maafkan Aa. Kita sudah sepakatkan? buat
jalan masing-masing.”
“Ada yang harus aku jelaskan.”
“Maaf A, dedek buru-buru.” Lesti pamit dan segera
meninggalkan Ryan.
Lesti melihat jam di tangannya karena berbincang sebentar
dengan Ryan. Lesti sudah menghabiskan 5 menit waktu berharganya. Lesti melihat
antrian lift dan tampaknya mahasiswa yang keluar serentak membuat pintu lift
juga penuh dengan mahasiswa yang menunggu.
Lesti memilih memakai tangga, saking terburu-burunya. Lesti
hilang keseimbangan dia berpijak di tangga yang salah. Dia jatuh. Beruntung
Lesti hanya jatuh tepat di pantatnya. Ia tidak merasakan sakit di badannya
kecuali . . .
“AWWW . . .” Lesti kesulitan berdiri. Dia merasakan angkle
nya sangat sakit. Sepertinya terkilir.
Suasana sepi karena memang mahasiswa lebih memilih
menggunakan lift dibanding tangga. Lesti menelepon Aulia untuk meminta bantuan.
Aulia berhasil mengangkat telepon Lesti dengan alasan ke
toilet. Aulia memiliki jadwal kuliah berbeda hari itu dengan Lesti. Aulia
bingung harus bagaimana ia lalu memutuskan menelepon Faul.
Faul berlari begitu mengetahui Lesti butuh bantuan. Faul
berada di lantai 3 gedung yang bersebarangan setelah menyelesaikan kelasnya.
Dia belari menuju gedung ilmu komunikasi tempat Lesti berada. Faul bahkan tidak
melirik Lift karena tahu di jam seperti ini adalah jadwal mahasiswa sedang yang
mengantri untuk menaiknya.
Kemeja merah Faul basah karena keringat hasil dari lari
cepat yang ia lakukan. Ia bahkan lupa membawa perlengkapan kuliah di meja dan
hanya menyambar tas dari ruangan perkuliahannya. Susah payah dan nafas
terengah-engah Faul berhasil melihat Lesti terduduk di badan tangga.
“Dedek!” dua suara terdengar berbarengan.
Lesti melihat Faul di lantai bawah dan Ryan dilantai atas.
Mereka memandang Lesti dengan penuh
kekhawatiran.
Review dan Sinopsis yang mimin tulis murni dari mimin pribadi
Setiap orang berhak untuk setuju atau tidak setuju dengan pendapat mimin
Karena suka atau tidak suka dengan suatu FILM/DRAMA tergantung selera masing-masing
Dan pendapat mimin sama sekali tidak menjadi generalisasi bahwa pendapat orang lain pun sama
Mohon menghormati pendapat mimin, dan mohon berkomentar dengan sopan ya..
Terimakasih.. ^^
Comments
Post a Comment
DONT BE SILENT READER, pleaase comment.. ^^ NO BASH