Faul segera mendekati Lesti dan begitupun dengan Ryan.
Mereka berdua
mengkhawatirkan keadaan Lesti.
“Bisa berdiri?” tanya Faul. Ia menyodorkan lengannya untuk
dipegang Lesti.
Ryan tak mau kalah tanpa bertanya dia langsung mengangkat tubuh
Lesti.
“AWW . . .” Lesti kesakitan ketika mencoba membuat kakinya
menumpu.
“Ga bisa dipaksakan ini dek. Naik ke punggung Aa!” tawar
Ryan.
Faul terdiam di tempatnya. Ia sempat ragu apakah ini
kesempatan Faul untuk membuat Lesti dan Ryan baikan? Faul segera sadar. Banyak
tangis yang Lesti keluarkan karena Ryan, Jika Lesti harus menemukan pria lagi
bukan Ryan orangnya. Jika Lesti menemukan pria yang tepat Faul akan senang hati
melepaskan Lesti untuk kebahagiannya.
“Tunggu Ryan, kamu bukan siapa-siapa Lesti lagi. Biar aku
yang menjaganya.” Tolak Faul.
Faul lalu menurunkan ranselnya dan mengeluarkan sebuah syal
atau lebih tepat seperti surban yang biasa dia pakai ketika solat. Faul
melingkarkan surban itu ke lehernya. Dia lalu menawarkan punggungnya pada
Lesti.
Dua punggung pria yang menunggu di pilih dirinya. Lesti
tidak bingung sama sekali. Ia hanya merasa tidak enak karena merepotkan lagi.
Lesti memilih punggung Faul dengan cepat. Tidak ada keraguan sama sekali
dihatinya selain tidak enak merepotkan.
Faul bangkit dengan Lesti di punggungnya.
“Makasih udah khawatiran dedek ya, aku jalan duluan.” Kata
Faul sambil mulai menuruni tangga.
Ryan diam, hatinya berat. Ia kecewa.
“Ka Faul maaf ya?”
“Kenapa lagi?”
“Dedek udah hutang berapa sama Ka Faul?”
“Kamu pernah pinjam uang sama aku?”
“Bukan uang tapi jasa.”
Faul tertawa, “Ngga ada hutang kok. Aku cuman nolongin aja.”
“Ka Faul kenapa pake surban dulu sih?”
“Oh ini? Aku tadi lari jadi mungkin keringatan. Selain itu
meminimalisir sentuhan.”
“Maksudnya?”
“Kalo aku ngga pakai surban nanti tangan dedek bisa nyentuh
secara sengaja atau tidak sengaja sama leher aku.”
“Memangnya ga boleh.”
Faul tertawa kecil, “Memang boleh?” Faul balik bertanya.
Lesti diam.
“Sungguh jika kepala seorang laki-laki ditusuk dengan
jarum dari besi lebih baik darinya daripada dia menyentuh perempuan yang tidak
halal baginya’ Hadits riwayat Ath-Thabarani” Faul diam sebentar lalu
melanjutkan kalimatnya. “Seorang pria yang melakukan hal-hal yang mengotori
kehormatan seorang wanita bahkan hanya dengan memegang atau menyentuhnya maka
telah mencela kehormatan wanita itu sendiri. Itu sih pendapatku. Hehe.”
Lesti terperangah dia kagum dengan kata-kata dan sifat yang
ditunjukkan Ka Faul. Jelaslah sudah sikap Ka Faul selama ini pada dirinya.
Lesti menyadari hal
lain, walau ia digendong oleh Faul tapi ia bisa melihat Faul tidak memegang
kakinya. Faul memilih mengepalkan tangannya dan membuat berat badan Lesti hanya
disangga dengan kekuatan lengan. Alih-alih memegang pahanya seperti kebanyakan
orang ketika menggendong. Dan jelas ini bisa lebih melelahkan untuk Faul.
“Ka turunin aja. Kayaknya Ka Faul bakal cape.”
“Ngga nyaman memangnya?”
“Bukan. Ka Faul nanti capek.”
“Iya nanti aku turunin di klinik ya.” Faul membenarkan
posisi Lesti di punggungnya. Lesti menguatkan pegangan pada leher Faul. Lesti
bisa merasakan nafas Faul yang tampaknya kelelahan.
Hati Lesti kembali
bergetar.
@ @ @
Kepala Faul terasa berat.
Sepertinya ia kecapean karena mengurus kuliah, bisnis dan sekarang label musik
yang sedang dirintisnya. Kesibukan yang luar biasa padat memaksa Faul untuk mau
tidak mau merelakan waktu tidurnya.
Beberapa hari ini Faul hanya
tidur sekitar dua jam. Jika ia bisa menyisakan waktu untuk tidur selama 4 jam
itu adalah kemewahan baginya.
Seharian di kelas yang Faul
lakukan memang hanya duduk mendengarkan dosen. Tapi kepalanya sakit dan ia
tidak bisa berkonsentrasi sedikitpun.
Untungnya kelas hari ini sudah
selesai, Faul memutuskan pulang dan akan beristirahat di rumah ketika sebuah
panggilan masuk ke ponselnya.
“Assalamualaikum.”
‘Waalaikumsalam. Ini sama
Faul?’
“Iya betul ini dengan siapa ya?”
‘Faul. Ini teh Lisna
asistennya dedek Lesti.’
“Oh iya teh, ada yang bisa Faul
bantu?”
‘Faul lagi kuliah ngga?’
“Baru selesai kelas, teh.
Kenapa?”
‘Ga enak sih sebenernya tapi
mau minta tolong. Kebetulan hari ini dedek ada take vocal di kedjora music.
Teteh ada urusan cek gaun untuk konser di TV hari minggu. Managernya ada
meeting penting di label lama. Ga ada yang anterin dedek. Aduh maaf ya yang
kepikiran minta tolong cuman Faul.’
“Oh begitu teh. Siap. Anterin
dedek ke kedjora musik aja kan ya?”
‘Iya maaf banget. Ga tau lagi
mau minta tolong siapa. Dedek bisa aja bawa mobil sendiri tapi hari ini dia
dianterin manajer dan udah jalan ke label lama. Kalau naik taksi online. Teteh
agak khawatir karena kakinya juga kan masih sedikit sakit.’
“Yaudah teh, gak papa sama Faul
aja. Faul juga mau ke kedjora musik kok. Sekalian mau cek hasil rekaman
kemarin.”
‘Makasih ya Faul. Kapan-kapan
nanti teteh traktir ya.’
“Ditunggu lho teh.”
Faul hampir jatuh ketika ia
berdiri. Kepalanya berdenyut hebat. Faul lalu melangkah ke kamar mandi dan
segera mengguyur kepalanya dengan air agak bisa merasa lebih baik.
….
Faul menyalakan klakson ketika
meilhat Lesti yang sedikit kebingungan mencari mobil Faul. Lesti segera menghampiri
Faul.
“Ka Faul beneran ga papa jadinya
numpang? Padahal dedek udah bilang mau pake taksi online.”
“Udah gapapa sekalian jalan juga
kok.”
“Ka Faul kok rambutnya basah?”
“Ohh, ini tadi ngantuk jadi
diguyur air biar seger.”
“Tapi Ka Faul kayak pucet juga.”
“Ini karena cahaya kali. Jalan
sekarang ya?”
Lesti mengangguk dan segera
memasang sabuk pengamannya.
Kepala Faul berdenyut lagi. Faul
beberapa kali memukul pahanya sendiri agar tetap sadar dan tidak henti hatinya mengatakan
pada dirinya jika ia harus mengantar Lesti dengan selamat.
“Ka Faul? Ada yang ga beres ya?”
“Oh ini kesemutan kakinya. Ga
papa kok.”
“Dedek aja yang nyetir Ka.”
“Dikit lagi kok. Gak papa.”
Akhirnya mereka sampai di label
musik. Faul turun terlebih dahulu untuk membukakan pintu Lesti.
Lesti turun dari mobil Faul dan
bergerak menuju pintu masuk kantor sederhana kedjora musik.
BRUK . .
Lesti berbalik dan menemukan Faul
terjatuh ke tanah.
“KA FAUL!” Lesti menghampiri Faul
yang pingsan. Lesti panik, pegawai keamanan datang membantu mengangkat Faul
masuk ke dalam kantor.
Lesti segera menelepon tante Risa
sambil berlari mengejar Faul yang diangkat security menuju ke dalam kantors.
Review dan Sinopsis yang mimin tulis murni dari mimin pribadi
Setiap orang berhak untuk setuju atau tidak setuju dengan pendapat mimin
Karena suka atau tidak suka dengan suatu FILM/DRAMA tergantung selera masing-masing
Dan pendapat mimin sama sekali tidak menjadi generalisasi bahwa pendapat orang lain pun sama
Mohon menghormati pendapat mimin, dan mohon berkomentar dengan sopan ya..
Terimakasih.. ^^
Comments
Post a Comment
DONT BE SILENT READER, pleaase comment.. ^^ NO BASH