Dari semua orang kenapa dia harus ketemu orang itu lagi.
Aulia mendengus kesal tapi tak ingin berbalik arah karena itu membuktikan dia
menghindar.
“Eh Aulia, masih
jalan sama Om yang kemarin itu?” ejeknya
sambil tangannya tak lepas memegang bahu wanita di sampingnya yang memakai
pakaian terbuka.
“A Nassar bukan om om ya!” hardik Aulia protes.
“Cie, yang belain pacarnya.. aku duluan ya.” Chaka
meninggalkan Aulia dan berjalan di arah sebaliknya.
Nassar datang tak lama kemudian.
“Kamu nunggu lama Aulia?”
Dan Aulia hanya menangis ketika Nassar datang.
“Kamu kenapa?”
Aulia masih sibuk dengan tangisannya. Nassar lalu
mendudukkan Aulia di sebuah bangku jalan dan menepuk-nepuk bahu wanita itu
pelan.
Aulia cerita setelah tangisnya mereda. Ia sangat kesal dengan
perlakuan Chaka. Aulia tidak habis pikir, pria seperti dia pernah ada di
hatinya.
Nassar menunduk kecewa, “Kenapa kamu sakit setiap mantan
kamu ngatain kamu?” tanya Nassar.
“Dia ngejek A, Aulia ga suka!”
“Jangan-jangan kamu cemburu karena dia sudah dapat pacar
baru?”
“Kok Aa ngomongnya gitu?”
“Jika kamu masih terganggu sama dia bisa jadi artinya kamu
masih mengharapkan dia.”
“Aulia nangis bukan karena itu A. Aulia ngga sama sekali
mengharapkan dia kembali. Aulia kesal karena dia menghina Aa. Dia selalu
membandingkan aa sama dia.” Nada suara Aulia meninggi karena emosi.
“Bukan karena kamu ingin berada di posisi wanita di
sisinya.”
“Aulia ga akan mungkin kembali lagi sama dia. Walau dia
datang dengan bersimpuh sekalipun. Lagian aa kenapa sih jadi emosian nuduh
Aulia yang ngga-ngga.”
“Karena, aku suka kamu Aulia”
Aulia membelalakkan mata, terdiam.
@ @ @
“Gimana keadaan Ka Faul, tante?”
“Ga usah khawatir dek, kayaknya
Faul cuman kecapean aja.” Tante Risa memgang bahu Lesti mencoba menenangkan,
karena Lesti terlihat begitu panik.
Seorang suster memberikan hasil
lab dari cek darah Faul. Tante Risa membaca sekilas lalu memintanya menyerahkan
pada dokter yang bertanggung jawab di IGD.
“Tante hasilnya gimana?”
“Kalo dilihat sekilas sepertinya
kena gejala tifus. Nanti kita tunggu observasi yang lain ya.”
“Ini gara-gara dedek, tante.
Kalau aja tadi dedek ga minta dianterin Ka Faul. Pasti Ka Faul bisa istirahat.”
“Ga gitu sayang, lebih bahaya
lagi kalo Faul pingsan sendirian di rumahnya ga ada yang tahu. Kamu sudah
menolong dia dengan berada di sisinya.”
“Kenapa Ka Faul baik banget sama
dedek, tante.” Lesti mulai terisak. Air matanya jatuh perlahan.
Tante Risa memeluk Lesti dan
mengusap-ngusap kepala Lesti, “Karena dia peduli pada kamu lebih dari
memperdulikan kesehatannya.”
“Kenapa gitu? Kesehatan Ka Faul
kan paling penting.”
“Karena dia . . .” Tante Risa
sadar jika dia sudah hampir mengungkapkan apa yang seharusnya tak terucap.
“Doain aja ya dek, semoga Faulnya cepat sehat.”
Lesti mengangguk.
@ @ @
Lesti berkali-kali mengecek layar
ponselnya tapi tidak ada notifikasi apapun. Padahal ponsel kedua dan ketiga
untuk kerja dan kuliahnya tak henti membunyikan notifikasi tanda pesan masuk.
Lesti mulai membaca buku
dihadapannya, namun baru saja satu halaman Lesti sudah terganggu dengan
ponselnya. Ponselnya tidak rusak dan ia menyalakan vibrate saat pesan
masuk tapi ntah kenapa Lesti menyalakan layar ponselnya lagi dan lagi karena
takut ada pesan masuk dan ia tidak merasakan getaran notofikasi. Nihil tetap
tidak ada pesan yang masuk.
Lesti menyerah, ia lalu mulai
beralih pada ponsel kerjanya dan membalas beberapa pesan dari manajer dan
asisten juga beberapa kolega nya di dunia entertainment.
Apa yang sebenarnya ia tunggu?
Lesti tahu betul ia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tidak pernah ia
menunggu pesan dari seseorang seperti hari ini, ia begitu berharap mendapat
pesan dari pria itu. Pria yang biasanya selalu ada dihari-hari Lesti, Faul.
Kata-kata Aulia tiba-tiba bermain
dalam kepala Lesti.
“Kadang kamu merasa kamu tidak
menyukai seseorang karena memang orang itu selalu ada untuk kamu. Tapi kalau
kamu sudah kehilangan dia, kamu akan merasa begitu penting peranan dia dalam
hidup kamu.”
DEG . . . Lesti tiba-tiba merasa
tersadarkan oleh kata-kata Aulia yang diingatnya. Kata-kata yang tak pernah
diindahkannya. Lesti berpikir tidak mungkin ia bisa menaruh rasa suka pada
Faul. Suka seorang wanita pada pria.
Lesti kembali menggenggam ponsel
pribadinya, membuka halaman chat Faul dan mengetik sesuatu.
Ia menanyakan
bagaimana keadaan Faul. Hanya ada ceklis satu. Itu artinya Faul mematikan
ponselnya. Lesti lalu mencari nama tante Risa dan segera meneleponnya untuk
menanyakan kabar Faul.
….
Lesti berjalan keparkiran mobil
dengan sedikit malas. Padahal hari ini adalah hari kosong karena tidak ada
jadwal. Lesti menerima ajakan Aulia untuk pergi menonton Bioskop di hari
bebasnya.
Sebuah sedan putih parkir tepat
di samping Lesti. Lesti terkejut sekaligus bahagia karena ia kenal dengan mobil
itu. Namun ia harus kecewa karena yang keluar dari mobil itu bukan seseorang
yang ditunggunya. Lesti baru sadar jika tipe mobil dan merknya berbeda apalagi
plat nomer nya. Lesti merasa sudah mulai berhalusinasi sekarang.
“Kenapa sih dek? Kenal?” tanya
Aulia yang sedari tadi memang berada di samping Lesti.
“Apa Ka?” Lesti hilang fokus.
“Kamu liatin mobil itu daritadi.
Kamu kenal sama orangnya?”
“Ngga Ka, dedek lagi ngelamun
aja.”
“Mikirin apa sih dek? Padahal
hari ini hari bahagia karena kita bisa jalan bareng. Tumben banget kamu punya
waktu bebas di akhir perkan kayak gini.”
“Iya dedek seneng kok Ka.”
“Kamu sakit ya? Atau
jangan-jangan kaki kamu masih sakit?” selidik Aulia.
“Ngga Ka. Udah ngga sakit kok.
Dedek ngga apa-apa. Masuk mobil aja yuk.”
Aulia akhirnya tak membalas dan
segera masuk ke dalam mobil lesti.
@ @ @
“Faul, hape kamu mana?” tanya
tante Risa saat mampir ke ruang rawat Faul begitu jadwal prakterknya selesai.
“Ada tante.” Faul menggapai
ponselnya di atas Nakas ranjangnya.
“Buka coba.”
Faul lalu menuruti perkataan
tantenya dan menyakalan ponselnya tapi tidak mau hidup. “Mati ternyata, tant.
Faul lupa belum charge.”
“Pantesan aja.”
“Kenapa memangnya tante?”
“Tadi dedek Lesti telepon tante,
nanyain keadaan kamu. Ya mungkin karena dia ga bisa ngehubungin
kamu.”
“Dedek telepon tante?”
“Iya, kenapa? Ngga percaya ya?”
“Mungkin dia khawatir karena Faul
pingsan di depan dia.”
“Lagian kamu ada-ada aja. Kalo
sakit dan merasa pusing kenapa maksain nyetir. Bahaya lho, bisa ambil nyawa
orang.”
“Faul bisa tante. Faul paling
tahu badan Faul sendiri.”
“Dasar keras kepala.”
Faul garuk-garuk kepalanya yang
tidak gatal.
“Udah ada progress hubungan kamu
sama Lesti?”
“Maksud tante?”
“Tante ga bisa dibohongin, Ul.
Jelas banget cara kamu memandang Lesti itu cinta. Tante awalnya malah ngira
kalian memang udah pacaran.”
Faul diam.
“Tante mau denger dari mulut kamu
sendiri. Kamu suka kan sama Lesti?”
Faul memandang tantenya, tante
Risa balik menatap Faul menunggu jawaban.
bersambung . . .
ada alasan kenapa mimin lama update-nya. Maaf ya buat yang nunggu . . .
Review dan Sinopsis yang mimin tulis murni dari mimin pribadi
Setiap orang berhak untuk setuju atau tidak setuju dengan pendapat mimin
Karena suka atau tidak suka dengan suatu FILM/DRAMA tergantung selera masing-masing
Dan pendapat mimin sama sekali tidak menjadi generalisasi bahwa pendapat orang lain pun sama
Mohon menghormati pendapat mimin, dan mohon berkomentar dengan sopan ya..
Terimakasih.. ^^
Comments
Post a Comment
DONT BE SILENT READER, pleaase comment.. ^^ NO BASH